ArenaLTE.com - Penumpukan bongkar muat peti kemas di pelabuhan dapat menjadi mimpi buruk bagi pelaku usaha. Gangguan parah pada rantai pasokan dapat terjadi, yang pada akhirnya bisa membuat supplier kehabisan stok. Seperti yang terjadi pada akhir tahun lalu di Cina pada perayaan Black Friday dan Natal, yang merupakan musim puncak berbagai jenis penjualan. 
 
Tetapi itu bisa menjadi cerita masa lalu, berkat kehadiran inovasi teknologi pengemudian otonom 5G + 4L dari Huawei. Praktik automasi dan inovasi cerdas yang diterapkan di beberapa pelabuhan di Tiongkok dapat mengatasi problematika ini.
 
Seperti yang diterapkan di Pelabuhan Tianjin, salah satu pelabuhan tersibuk di Cina. Pada platform pengunjung pelabuhan di terminal peti kemas pada Bagian C, dapat dilihat derek peti kemas beroperasi secara otomatis, dan truk peti kemas listrik tanpa awak datang dan pergi. Di pelabuhan, alat derek dermaga yang dikendalikan dari jarak jauh secara stabil mengambil kontainer yang memuat kargo dari kapal, dan memuat kontainer ini ke truk kontainer listrik tak berawak. 
 
Dengan panduan sistem satelit navigasi BeiDou, truk kontainer pergi ke stasiun penguncian/pembukaan kunci otomatis, sesuai dengan rute pengemudian optimal yang dihitung secara real time, untuk membuka kunci kontainer, dan kemudian berkendara ke halaman kontainer. Seluruh proses selesai dalam sekali jalan.
 
Salah satu penerapan inovatif utama untuk mengatasi hal ini adalah sistem transportasi horisontal cerdas berbasis AI sejati yang dikembangkan sendiri oleh Huawei, yang telah mencapai serangkaian "pertama di dunia": Penggunaan komersial skala besar dari ultra-L4 tanpa pengemudi, integrasi teknologi kecerdasan di mana-mana (ubiquitous intelligence) "5G+BeiDou" yang pertama di dunia, swasembada listrik hijau dan emisi nol karbon pertama di dunia, dan lain-lain. Pencapaian ini menjadi sebuah cetak biru bagi negara-negara lain untuk membangun pelabuhan cerdas dan rendah karbon.
 
Transformasi digital dan cerdas telah menghasilkan manfaat yang nyata bagi pelabuhan. Sebelumnya, pengangkutan peti kemas ke lapangan di dalam pelabuhan membutuhkan banyak truk serta pengemudi yang membutuhkan biaya tinggi. Pelabuhan Tianjin, misalnya, saat ini memiliki 76 truk kontainer. Demi menjamin operasi sepanjang 24 jam selama 7 hari seminggu, setiap truk kontainer membutuhkan tiga pengemudi yang bekerja dalam tiga shift setiap hari. Itu berarti dibutuhkan total 210 pengemudi. 
 
Di sisi lain, mengendarai rute tetap dalam tiga shift sangat melelahkan bagi pengemudi truk, sehingga menimbulkan bahaya keselamatan yang nyata. Saat ini, setiap peti kemas kini mengonsumsi 20% lebih sedikit energi, dan alat derek (crane) jadi lebih efisien 20% secara rata-rata, dengan setiap alat derek mengoperasikan 39 unit peti kemas per jam.
 
Pelabuhan Tianjin adalah salah satu pelabuhan Tiongkok yang berteknologi paling maju dan merupakan hub penting untuk inisiatif One Belt One Road. Pelabuhan ini memiliki dermaga di kelas 300.000 ton dengan kedalaman saluran -22 meter. Terdapat 192 tempat berlabuh dari berbagai jenis dan 128 tempat berlabuh di atas kelas 10.000 ton. Pada akhir tahun 2021, jumlah barang yang melewati proses kargo pelabuhan mencapai 435 juta ton, menempati peringkat kesembilan di dunia, sementara itu jumlah barang yang melewati peti kemas melebihi 18,35 juta TEU (twenty-foot equivalent), sehingga menempati peringkat pelabuhan kedelapan di dunia.