Teknologi baru ini menghadirkan kemungkinan-kemungkinan baru yang tak terbatas. Terbayang bagaimana aplikasi-aplikasi Virtual Reality dan Augmented Reality mutakhir kini bisa digelar hanya dalam waktu singkat, atau bagaimana robotika industri akan mampu mengisi segala kekurangan yang dimiliki oleh tenaga kerja manusia, atau bagaimana perangkat-perangkat terkoneksi di rumah bisa merespons setiap perintah, meskipun itu dilakukan dari jarak jauh.
Bagi perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi atau communications service providers (CSPs), yang selama ini dianggap sebagai yang terdepan bila berkenaan dengan teknologi ini, implikasi akan hadirnya teknologi tersebut bagi mereka tentu sangat besar.
Dalam kurun satu dekade belakangan, tak sedikit penyedia layanan telekomunikasi yang telah menggeser perannya, bahkan sampai pada penyediaan utilitas perpipaan. Sementara itu di sisi lain, para disruptor bisnis mereka mulai bermunculan dan makin gencar dalam memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi yang ada untuk meraup keuntungan seoptimal mungkin.
Perusahaan-perusahaan baru berbasis internet, seperti penyedia konten, contohnya. Mereka kini gencar dalam mengoptimalkan pemanfaatan actionable data, serta menghadirkan inovasi dan layanan pelanggan model baru dengan sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya, berkat dukungan sebuah fondasi digital untuk jaringan, yang kini sarat dengan kapabilitas mutakhir
Bertepatan dengan diloloskannya spek pertama teknologi 5G, maka terbukalah peluang baru bagi pelaku industri penyedia layanan telekomunikasi untuk segera melakukan transformasi dalam menyuguhkan produk dan layanan baru bagi pelanggan. Teknologi 5G mendukung penyedia layanan telekomunikasi agar mampu unjuk kegesitan dan memiliki tingkat skalabilitas yang tinggi dalam menyuguhkan layanan dan meluncurkan aplikasi-aplikasi baru, serta meraih daya saing tinggi berkat keberhasilan mereka dalam menyuguhkan layanan prima kepada pelanggan
Sejumlah kalangan optimistis bahwa 5G bakal dapat dinikmati secara komersial di awal tahun ini, namun beberapa kalangan konservatif yang memandang perlunya pematangan teknologi ini lebih jauh, melihat bahwa teknologi era baru tersebut akan siap di tahun 2020.
Anggaplah bahwa teknologi era baru tersebut tiba di tahun 2020 sesuai dengan prediksi terakhir. Jeda waktu kurang dari dua tahun yang ada bukanlah waktu yang singkat bagi industri telko untuk dapat menyiapkan diri agar siap menjadi ujung tombak dalam mengoptimalkan manfaat akan kehadiran teknologi 5G nanti.
Mengatasi Kendala di Persimpangan
Perlu cara jitu agar sukses dalam mengoptimalkan kehadiran teknologi 5G untuk mendukung bisnis, karena 5G itu sendiri menuntut tersedianya sebuah bangunan arsitektur software-driven serta network functions virtualization (NFV). Misalnya saja pada kemampuannya dalam ‘network slicing’ yang menjadi satu aspek kunci dalam teknologi 5G ini, yakni kemampuan untuk melakukan pembagian dan penyekalaan jaringan dalam basis model as-a-service maupun model “on demand.” Untuk mengeksekusinya dibutuhkan dukungan sebuah bangunan infrastruktur software-defined yang mumpuni.Infrastruktur jaringan berbasis legacy yang masih banyak dipakai oleh pelaku industri telko saat ini dianggap tak mampu lagi mendukung pemanfaatan seluruh kapabilitas yang dihadirkan dalam teknologi 5G secara optimal. Jaringan yang mereka bangun tersusun atas peranti keras dan lunak yang berfungsi sebagai penghantar untuk lalu-lintas data, voice, maupun video yang melimpah dan memang tidak dioptimalkan fungsinya untuk teknologi 5G.
Kondisi tersebut menuntut perlunya dilakukan peningkatan sistem dengan menggelar virtualisasi fungsi jaringan atau NFV pada infrastruktur yang ada sekarang ini, agar sistem tersebut menjadi terautomasikan dan meningkat menjadi makin agile.
NFV memungkinkan digelarnya virtualisasi di sejumlah layanan jaringan, seperti di router, firewall, load balancers, core networks, SD-WAN, dan di sejumlah peranti lainnya, yang fungsinya saat ini masih dipegang oleh hardware appliances terdedikasi yang mereka bangun sendiri. NFV mengganti peran dari peranti-peranti keras tersebut dengan peranti lunak yang dijalankan di area server-server komersial secara off-the-shelf.
NFV secara fundamental mengubah cara beroperasi dan bagaimana jaringan penyedia layanan yang ada saat ini dibangun. NFV juga membantu penyedia jaringan dalam memangkas biaya untuk penyekalaan jaringan milik mereka secara signifikan, sekaligus mendukung mereka dalam meningkatkan kapabilitas mereka dalam menyuguhkan layanan baru melalui pemanfaatan teknologi cloud secara optimal hingga ke wilayah network edge.
NFV merupakan aglomerasi dari seluruh fondasi teknologi peranti lunak yang ada, yang menyokong SDDC dan public cloud, virtualisasi, SDN, pengelolaan infrastruktur virtual, hingga analitik. NFV menyatukan semuanya dalam sebuah desain yang ramping, kemudian menimpanya dengan beragam kapabilitas paripurna, seperti ketersediaan tinggi, aplikasi real-time, serta kapabilitas layanan yang terkoneksi.
Mudahnya, untuk berubah menjadi pelaku industri telko yang telah siap 5G dan siap masa depan, perlu dilakukan perombakan pada infrastruktur IT legacy yang digunakan saat ini.
Cin Cin Go, Country Manager, Indonesia, VMware
Industri Telko Siap Masa Depan
Industri telko dan penyedia layanan telekomunikasi yang telah menyadari arti pentingnya transformasi digital sejak dini atau mungkin tengah berada di tahap awal dalam perjalanan mengusung transformasi digital di perusahaan mereka, saat inipun sudah dapat memetik buahnya dan telah siap menyongsong hadirnya revolusi teknologi 5G.Telkom Indonesia, contohnya. Sebagai tulang punggung pitalebar di Indonesia, Telkom memahami bahwa kendala geografis, baik ditinjau secara teknis maupun dari sudut pandang bisnis, merupakan salah satu tantangan terbesar bagi operasional jaringan. Untuk itulah mereka kemudian melakukan upaya-upaya strategis, seperti menggelar virtualisasi data center, membangun infrastruktur cloud, serta melakukan konsolidasi pada semua aplikasi inti yang mereka operasikan.
Hasilnya sungguh luar biasa. Kini mereka hanya membutuhkan waktu 30 menit saja untuk merancang sekaligus menuntaskan provisi setiap adanya permintaan baru untuk kebutuhan bisnis mereka. Di luar dugaan, upaya IT strategis yang mereka lakukan tersebut berhasil membuat terpangkasnya biaya total kepemilikan hingga sebesar 40 persen.
Dengan tervirtualisasikannya seluruh lini IT, dari storage, aplikasi hingga ke server, kini Telkom berhasil membangun sebuah data center yang Always On. Infrastruktur IT yang telah terintegrasi di Telkom Indonesia mendorong dicapainya peningkatan efisiensi yang tinggi, dengan performa sistem yang makin gesit dan andal dalam mengantisipasi munculnya kebutuhan-kebutuhan IT yang makin dinamis di masa depan.
Cin Cin Go, Country Manager, Indonesia, VMware
Gelar Rencana Petajalan
Pada akhirnya, semua bermuara pada satu tujuan, yakni bagaimana membuat jaringan menjadi lebih efisien dalam rangka mendukung digelarnya layanan-layanan baru dengan lebih cepat, serta bagaimana dapat memangkas proses dan waktu dalam setiap provisi, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan, kini terpangkas menjadi hanya hitungan hari saja. Sebuah strategi jitu untuk platform yang bisa dimaksimalkan pemanfaatannya oleh para penyedia layanan telekomunikasi dalam rangka mendukung digelarnya model dan layanan bisnis baru mereka dengan sukses.Seiring dengan geliat pacu di lini 4G dan saat ini tengah gempita menyambut kehadiran masa depan 5G, kita perlu memikirkan jauh ke depan, bukan melulu soal bagaimana kita mampu membangun sebuah jaringan fiber berkecepatan tinggi. Infrastruktur inti yang kokoh menjadi hal krusial bagi CPS untuk merajai setiap kancah kompetisi di industri. Saya yakin bahwa mereka juga telah siap untuk menapaki jenjang yang lebih tinggi lagi, menyongsong kehadiran era baru teknologi 5G yang telah di depan mata kita.
Artikel ini dibuat oleh ​Cin Cin Go, Country Manager, Indonesia, VMware