ArenaLTE.com - Perkembangan teknologi memang lebih cepat dari penerapannya, begitupun halnya dengan kemajuan teknologi jaringan generasi lima ini atau 5G. Belum semua negara telah menerapkan teknologi jaringan ini, bahkan diprediksi perkembangannya akan jauh lebih lambat dari 4G LTE. Dan hal inilah yang membuat Nokia sepertinya harus menampung kerugian yang cukup tinggi.
Awal tahun 2019 dalam kuartal-1 (Q1) ini, kerugian signifikan sepertinya akan dialami dengan Nokia yang berbanding terbalik dengan kuartal-1 pada tahun lalu. Dalam catatan perusahaan, seperti mengutip dari laman GSMarena, Nokia dipastikan menanggung kerugian mencapai EURO254 juta atau sekira IDR4 triliun lebih pada kuartal pertama tahun ini.
Berbeda dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya, Nokia justru mengantongi keuntungan mencapai EURO46 juta atau sekira IDR7 triliun pada kuartal-1 di tahun 2018 lalu. Hal ini diungkapkan sumber laman karena investasi Nokia di 5G yang belum membuahkan hasil yang cukup signifikan untuk membantu perusahaan.
Dalam industri jaringan 5G, Nokia memiliki saingan dari perusahaan asal Swedia, Ericsoon dan juga Huawei yang berasal dari China. Namun, beruntungnya Huawei kurang bisa bergerak bebas karena perusahaan ini sepertinya banyak dikecam negara karena masalah keamanan. Hal ini sebenarnya menjadi peluang besar bagi Nokia, sehingga harapan untuk berhasil di kuartal selanjutnya terbuka.
Saat ini, banyak pemain industri teknologi berlomba mencari produsen untuk memasok peralatan 5G, sehingga hal inilah yang bisa memberikan peluang besar bagi Nokia. Namun, perusahaan harus lebih banyak menanamkan investasi dan modal besar untuk kuat bersaing. Tetapi, karena dikondisi kuartal pertama yang tidak baik ini, langkah tersebut sepertinya menjadi kesulitasn perusahaan bergerak.
Sumber informasi menyebutkan bahwa kerugian Nokia terutama terdampak dari kesepakatan penjualan mencapai EURO200 juta untuk peralaan 5G di Amerika Utara. Belum jelas mengenai hal yang merugikan ini, namun invetasi yang besar itu sepertinya belum bisa balik modal.