ArenaLTE.com - Seiring dengan meningkatnya laju urbanisasi, kebutuhan akan transportasi darat urban yang layak dan aman semakin meningkat. Hasil survei KKI yang bertajuk “Preferensi Konsumen terhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia” mengungkapkan bahwa ada empat faktor penting yang menjadi alasan konsumen memilih moda transportasi. Empat faktor tersebut adalah keamanan, keselamatan, kenyamanan dan keterjangkauan.
Dr. David M.L. Tobing, S.H., M.Kn., yang merupakan Ketua Komunitas Konsumen Indonesia serta Praktisi Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia mengungkapkan, seiring dengan tingginya perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan, permintaan penduduk terhadap hadirnya transportasi yang memadai dan layak juga turut meningkat. Tanpa layanan transportasi yang layak, masyarakat akan tetap menggunakan kendaraan pribadi yang berkontribusi pada tingginya tingkat kemacetan di perkotaan.
“Moda transportasi perkotaan saat ini semakin baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun demikian, tidak hanya transportasi harus saling terintegrasi, tapi transportasi urban juga harus mengarusutamakan aspek keamanan dan kenyamanan bagi penumpang. Melalui survei ini, kami ingin mendalami pengalaman konsumen dalam memanfaatkan transportasi urban, sehingga bisa menjadi evaluasi dan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan dan para pelaku bisnis di sektor transportasi,” ujar David, praktisi yang juga mewakili Indonesia di PBB dalam diskusi Kebijakan dan Hukum Perlindungan Konsumen di Genewa awal bulan Juli 2019.
Berdasar hasil survei KKI ditemukan bahwa ada empat moda transportasi yang menjadi pilihan konsumen karena dianggap memenuhi empat faktor pemilihan tersebut. Keempat moda adalah ojek online, taksi online, bus trans dan KRL. David mengungkapkan, “Dari hasil survei yang kami lakukan, 99,7% responden mengaku pernah atau bahkan sering menggunakan jasa transportasi online. Namun isu keamanan dan keselamatan muncul sebagai faktor utama yang menentukan preferensi konsumen dalam memilih layanan aplikator mana yang akan digunakan.
Go-Jek Lebih Aman di Kategori Transportasi Online, KRL Lebih Aman di Kategori Transportasi Konvensional Menurut David, yang pernah menjadi anggota Badan Perlindungan Konsumen
(BPKN) periode 2013-2016, dua brand jasa transportasi online, yakni Go-Jek dan Grab, adalah yang paling melekat di konsumen. Akan tetapi, imbuhnya, preferensi konsumen untuk memilih layanan Go-Jek ditunjukkan David lebih tinggi, yaitu mencapai 36% dari total responden sedangkan
pengguna layanan Grab menunjukkan angka 32%, dan yang memanfaatkan keduanya mencapai 32%.
Ada sejumlah faktor yang mendukung preferensi konsumen untuk lebih memilih brand asal merah putih. Di antara pengguna ojek online, survei menunjukkan layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56%), lebih dapat diandalkan (55%), lebih ramah (53%) serta lebih nyaman dan bersih (53%).
Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike, diapresiasi dengan skor 44% untuk aspek keamanan, 45% pada aspek kehandalan layanan, 47% pada aspek keramahan, dan 47% pada aspek kenyamanan dan kebersihan. Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53%, dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47%.
Kemudian, perbandingan pemenuhan hak konsumen ini semakin terlihat jelas pada layanan taksi online. Di antara pengguna taksi online, Go-Jek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54%), aspek keamanan (59%), kehandalan layanan (60%), keramahan (57%), dan kenyamanan serta kebersihan (59%).
David melanjutkan, tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan. Risiko dialami konsumen itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan dan kehilangan.
“Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Go-Jek. Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, mereka mengaku lebih sering menggunakan layanan Go-Jek karena memiliki risiko yang lebih rendah,”
jelas David.
KKI mencatat dalam surveinya bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8% daripada yang terjadi di layanan Go-Ride (6,6%). Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan
pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4% daripada yang dialami pada layanan Go-Ride (5,3%).
Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di Taksi Online yang dioperasikan oleh kedua aplikator tersebut semakin jauh, di mana Grab-Car memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car, yaitu 3,7% berbanding 1,9%. Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5% dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car (1,9%).