ArenaLTE.com - Hanya 12% dari organisasi di Indonesia memiliki tingkat kesiapan ‘Mature’ yang diperlukan untuk memiliki ketahanan terhadap risiko keamanan siber modern, menurut Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco (NASDAQ: CSCO).
 
Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco dikembangkan dalam era yang ditandai oleh hiperkoneksi dan lanskap ancaman yang terus berkembang dengan cepat. Saat ini, perusahaan-perusahaan terus menjadi target dengan berbagai teknik yang meliputi serangan phishing, ransomware, serangan rantai pasokan, dan rekayasa sosial.
 
Meskipun mereka membangun pertahanan terhadap serangan-serangan ini, mereka masih kesulitan dalam melindungi diri dari serangan-serangan tersebut, terhambat oleh postur keamanan mereka yang terlalu kompleks yang didominasi oleh berbagai solusi titik. Tantangan-tantangan itu semakin kompleks dalam lingkungan kerja yang terdistribusi saat ini, di mana data dapat tersebar di berbagai layanan, perangkat, aplikasi, dan pengguna yang tak terbatas.
 
Namun, 93% perusahaan masih merasa cukup atau sangat percaya diri dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan diri dari serangan siber dengan infrastruktur yang saat ini mereka miliki - kesenjangan antara keyakinan dan kesiapan ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin memiliki keyakinan yang salah dalam kemampuan mereka untuk menghadapi lanskap ancaman dan mungkin tidak secara tepat mengevaluasi sejauh mana tantangan yang sebenarnya mereka hadapi.
 
Indeks Cisco menilai kesiapan perusahaan berdasarkan lima pilar utama: Kecerdasan Identitas (Identity Intelligence), Ketahanan Jaringan (Network Resilience), Kepercayaan Mesin (Machine Trustworthiness), Penguatan Cloud (Cloud Reinforcement), dan Penguatan Kecerdasan Buatan (AI Fortification), yang terdiri dari 31 solusi dan kemampuan yang sesuai.
 
Indeks ini didasarkan pada survei ganda buta yang melibatkan lebih dari 8.000 pemimpin keamanan dan bisnis sektor swasta di 30 pasar global yang dilakukan oleh pihak ketiga independen. Responden diminta untuk menunjukkan solusi dan kemampuan mana yang telah mereka implementasikan dan tahap implementasinya. Perusahaan kemudian diklasifikasikan ke dalam empat tahap kesiapan yang meningkat: Pemula (Beginner), Formatif (Formative), Progresif (Progressive), dan Matang (Mature).

"Kita tidak boleh meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh rasa percaya diri yang berlebihan," kata Jeetu Patel, Executive Vice President dan General Manager Security and Collaboration di Cisco. "Organisasi saat ini perlu memprioritaskan investasi dalam platform terintegrasi dan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) agar dapat beroperasi dalam skala mesin dan akhirnya mengubah keadaan menjadi menguntungkan bagi para pembela."

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa hanya 12% perusahaan di Indonesia siap menghadapi ancaman saat ini, dengan lebih dari setengahnya (53%) organisasi berada dalam tahap Pemula atau Formatif dalam kesiapan. Secara global, hanya 3% perusahaan yang berada pada tahap Matang. Selanjutnya:
       
Untuk mengatasi tantangan lanskap ancaman saat ini, perusahaan harus mempercepat investasi yang signifikan dalam keamanan, termasuk adopsi langkah-langkah keamanan inovatif dan pendekatan platform keamanan, memperkuat ketahanan jaringan mereka, menerapkan penggunaan yang bermakna dari kecerdasan buatan generatif, dan meningkatkan perekrutan untuk mengatasi kekurangan keterampilan keamanan siber.
 
"Threat landscape saat ini lebih rumit daripada sebelumnya, dan organisasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terus tertinggal dalam ketahanan siber mereka. Perusahaan perlu mengadopsi pendekatan platform yang akan memberikan tampilan yang sederhana, aman, dan terpusat dari seluruh arsitektur mereka untuk memperkuat posisi keamanan mereka dan mengambil keuntungan terbaik dari peluang yang ditawarkan oleh teknologi yang sedang berkembang," ujar Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia.