Informasi ini menjadi salah satu hal yag menjadi paparan dari ABI Research dalam sebuah jurnal terbaru yang disiarakan oleh situs Telecomasia. "Untuk akses di pedesaan, kemampuan small cell menawarkan kapasitas yang memadai dengan biaya yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Mereka menghilangkan kebutuhan untuk penyebaran makro dan memotong biaya peralatan dan instalasi di daerah pedesaan. Mengadopsi fitur seperti mobile edge computing dan aplikasi lokal dapat meningkatkan kualitas layanan bagi pelanggan dan return on investment (ROI) untuk operator,” ujar Ahmed Ali, analis senior di ABI Research.
Aspek yang menjadi tantangan konektivitas backhaul di pedesaan adalah pilihan backhaul nirkabel cocok untuk penyebaran pedesaan itu sendiri. ABI Research menyebut sub frekuensi 6 GHz dipandang jadi yang terbaik untuk fleksibilitas untuk mengatasi hambatan dalam lingkungan yang keras dan lokasi yang sulit dijangkau.
Sistem berbasis satelit juga merupakan alternatif yang baik, karena cakupan global membuat satelit dapat diakses oleh berbagai aplikasi yang lebih luas, termasuk lokasi terpencil, dan kendaraan bergerak. Sayangnya, meski aksesibilitas backhaul satelit sangat baik,namun teknologi ini tidak bebas biaya dan punya latency yang rendah.
Ahmed Ali menyebut, "meskipun link satelit mengalami pertumbuhan yang relatif lambat, kolaborasi dengan operator seluler, vendor small cell, dan operator tentunya operator satelit akan mendorong peningkatan teknologi dan pertumbuhan adopsi pada sisi perangkat.” ABI Research memperkirakan kumulatif penggunan sub frekuensi 6 GHz di pedesaan dengan backhaul small cell pada tahun 2020 akan mendominasi 46 persen dari total link yang didistribusikan oleh operator, diikuti oleh penggunaan microwave dan satelit.
