Merespon kebutuhan tersebut, CTI Group, penyedia solusi infrastruktur TI, membentuk dua anak perusahaan baru, yaitu PT Inovasi Informatika Indonesia (i-3) yang bergerak di bidang edukasi dan PT Defender Nusa Semesta (Defenxor) sebagai penyedia managed security services.
Presiden Direktur CTI Group Harry Surjanto mengatakan, “Kehadiran inovasi digital tentunya menjadi angin segar bagi pelaku bisnis untuk membuka peluang baru dan meningkatkan growth, namun strategi digital perusahaan tidak mungkin berjalan tanpa adanya SDM TI terampil. Perusahaan tidak lagi hanya mencari lulusan TI biasa tapi mencari talenta yang memiliki keterampilan yang lebih spesifik, misal spesialis di data mining, analisis dan cyber security.”
Harry Surjanto juga menambahkan jika dampak dari kelangkaan SDM TI terampil ini sangat signifikan, di antaranya potensi kehilangan pendapatan, pengembangan produk yang lamban, perluasan pasar yang lamban, atau bahkan kelelahan dan ketegangan karyawan di tim TI.
Merespon tantangan tersebut, perusahaan dapat meningkatkan skill SDM TI mereka melalui training, merekrut talent berkualitas atau menggunakan layanan outsource untuk membantu menghandle kebutuhan dan workload TI mereka.
Inovasi Informatika Indonesia (i-3)
Dalam hal peningkatan skill, CTI Group membentuk PT Inovasi Informatika Indonesia (i-3) yang meyediakan layanan training bersertifikat internasional untuk membantu profesional TI bahkan non TI yang menjadi pengguna network perusahaan untuk mencapai potensi maksimal mereka.Saat ini I-3 telah menjadi pusat pelatihan resmi untuk solusi Oracle, EC-Council, EMC, Redhat, VMware, Comptia, dan Pearson. Pelatihan dilakukan oleh pengajar bersertifikasi dan berpengalaman yang fokus pada konsep teknologi, prinsip, dan studi kasus yang lazim diterapkan di berbagai lingkungan TI.
Selain memberikan layanan training, i-3 juga menyediakan solusi infrastruktur TI dan layanan konsultasi untuk meningkatkan kapasitas TI para pelanggan. Solusi dan layanan yang tersedia mencakup solusi keamanan TI, open source, virtualisasi dan cloud, serta database.
Menurut Presiden Direktur i-3 Ronny Christian, “Untuk membantu peserta mencapai pemahamanan maksimal, kami mempekerjakan tenaga pengajar profesional yang tidak hanya mengedepankan teori tapi juga praktek berdasarkan real-life experience. Selain itu, kurikulum yang kami susun berbasis kompetensi dan kami sediakan fasilitas Technology Center agar peserta dapat hands on langsung solusi TI terbaru.”
Defenxor
Selain melalui pendekatan edukatif, kelangkaan SDM TI terampil juga bisa diatasi dengan memanfaatkan jasa managed service provider yang dapat membantu mengelola kebutuhan keamanan TI perusahaan dan bertindak sebagai ahli yang memberikan rekomendasi untuk meningkatkan performa bisnis maupun mencegah risiko.Hal ini menjadi amat penting terutama dalam bidang keamanan TI yang fungsinya semakin krusial dimiliki perusahaan. Lembaga riset Frost & Sullivan memprediksi pada 2020 akan ada sekitar 1,5 juta posisi lowong di bidang cyber security seiring dengan meningkatnya ancaman keamanan di era IoT di mana milyaran perangkat terkoneksi oleh jaringan internet .
Defenxor selaku managed security service provider (MSSP) memiliki tenaga ahli di bidang keamanan TI untuk melindungi aset perusahaan dari ancaman serangan siber melalui proses monitoring 24 jam dan manajemen fungsi keamanan TI.
Defenxor memiliki solusi yang terbagi menjadi tiga lingkup, yaitu: DIMS (Defenxor Intelligence Managed Security) yang melakukan fungsi monitoring dan manajemen kemanan dengan memasang appliance di kantor pelanggan dan dimonitor secara remote dari fasilitas Security Operations Center (SOC) milik Defenxor.
Selain itu, Defenxor bertidak sebagai konsultan TI (Defenxor Intelligence Security Consulting) perihal kebutuhan security implementation, vulnerability test dan pendampingan untuk mendapatkan sertifikasi kemanan TI, serta layanan DISI (Defenxor Intelligence Security Integrator) yaitu penyediaan produk maupun solusi keamanan TI seperti firewall, Anti-Malware, IPS (Intrusion Prevention System), WAF (Web Application Firewall).
Presiden Direktur Defenxor Toto A. Atmojo mengatakan, “Dengan meningkatnya penggunaan cloud, komputasi mobile, Internet of Things, serta jumlah serangan cyber, kebutuhan akan tenaga kerja cyber security yang handal sangat penting. Namun berbagai kendala seperti kesiapan SDM menjadi tantangan yang tidak kunjung teratasi.”
“Selain itu untuk menjalankan proses ini secara in-house, mulai dari memonitor, memvalidasi log dan menindaklanjuti insiden security, sangat menjemukan dan memakan waktu. Tantangan ini yang ingin kami jawab melalui kehadiran para security expert kami yang dapat mengambil alih tugas tersebut sehingga organisasi bisa lebih fokus menjalankan bisnis intinya,” pungkasnya.