ArenaLTE.com - Perang tariff layanan seluler di India memakan korban. Reliance Communications, salah satu operator besar di India, terancam gulung tikar, gara-gara kalah dalam persaingan yang dipicu oleh perang tariff. Reliance dikabarkan tengah meminta bantuan pengadilan, untuk menyelamatkan nasib perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu.
 
Seperti dikabarkan laman berita CNN Business, Anil Ambani, pemilik perusahaan telekomunikasi Reliance Communications, dan juga salah satu crazyrich India, mengatakan, dirinya sudah meminta Pengadilan Perusahaan Nasional India, untuk membantu menjual asset Reliance Comm untuk menyelesaikan hutang perusahaan.  
 
Perusahaan terjerat hutang sekitar US$7 miliar (sekitar Rp90 triliun). Jumlah yang dinyatakan sudah sangat besar dan tak bisa ditanggulangi lagi oleh perusahaan. Menurut peraturan tentang kebangkrutan dan ketidak mampuan India, pengadilan memiliki waktu sembilan bulan untuk memfasilitas penjualan asset yang dimiliki Anil Ambani. Bila dalam jangka waktu itu gagal dilakukan, perusahaan akan dinyatakan bangkrut dan harus dilikuidiasi.
 
Kebangkrutan Reliance Comm yang diambang pintu itu, disebabkan operator tersebut terjebak dalam perang tariff gila-gilaan. Pemicunya, ini yang menarik, adalah kakak Anil sendiri, Mukesh Ambani. Bermula pada 2016 silam, ketika Mukesh memutuskan ikut terjun di bisnis telekomunikasi dengan mendirikan Reliance Jio.
 
Begitu muncul, Jio langsung membuat gebrakan dengan program promosi gratis layanan internet 4G selama enam bulan bagi pelanggan barunya. Dan yang menghentak para pesaing, termasuk Reliance Comm, Jio memberikan tariff yang sangat murah. Sebelumnya tariff data Jio tak beda jauh dengan yang lain, sebesar 206 Rupee per gigabyte (sekitar Rp40 ribu). Namun pada 2018 lalu, Jio mengejutkan semua orang dengan memberikan tariff hanya 12 Rupee (sekitar Rp2.300).
 
Strategi tariff murah yang dilakukan Jio, berhasil menarik minat pengguna. Jio sukses mendapatkan 280 juta pelanggan, hanya dalam waktu tiga tahun saja. Sekaligus, memicu perang tariff berdarah-darah dalam bisnis telekomunikasi di India. Dan korban pun berjatuhan, salah satunya Reliance Comm itu.
 
Pada akhir 2017 lalu, perusahaan Anil sempat berganti strategi, dengan melepas pelanggan utamanya, termasuk frekuensi pita lebarnya dan 43 ribu tower kepada Reliance Jio. Selanjutnya, mereka berfokus pada pelanggan bisnis, dengan penyediaan akses internet data center dan menggarap jaringan kabel bawah laut.


 
Hanya saja, kesepakatan dengan Reliance Jio itu dibatalkan oleh Departemen Telekomunikasi India, karena regulator meragukan kemampuan Reliance Comm dalm membayar hutang-hutangnya. Perusahaan juga menyatakan tak memungkinkan untuk mencapai konsensus dari 40 kreditor mereka. Tetapi, mereka tetap optimis akan ada solusi agar perusahaan tetap bertahan dan tetap memiliki prospek di masa depan.
 
Nasib menyedihkan bagi Reliance Comm itu merupakan hasil dari pertarungan panjang berebut kekuasaan pada kerajaan bisnis Reliance yang dibangun keluarga Ambani selama berpuluh tahun. Semenjak sang ayah meninggal pada 2002 lalu, Anil dan Mukesh terlibat persaingan sengit berebut menjadi orang nomor satu di Reliance.  Tapi ternyata Anil harus tersingkir dari persaingan tersebut, dan menyisakan Mukesh sebagai pemenang. Sang kakak kini memiliki kekayaan US$50 miliar, sementara Anil menciut menjadi US$2 miliar.

Kasus yang menimpa Reliance Comm memang patut menjadi pelajaran, terutama untuk pelaku bisnis layanan telekomunikasi di sini. Memberikan tariff murah memang bagus untuk meraup pelanggan, tetapi untuk bisnis jangka panjang? Seberapa geregetnya, elo?