ArenaLTE.com - Pasar smartphone di Indonesia memang gurih-gurih nyoi, kata tukang tahu bulat mah. Betapa tidak, coba bayangkan saja, ada 260 juta jiwa lebih penduduk di Indonesia. Sementara yang punya smartphone kurang dari separuhnya. Kalau dalam istilah penetrasi pasar, tingkat penetrasi smartphone di Indonesia baru 42% saja. Jangan lupa pula, angka itu diambil dari populasi smartphone, yang aktualnya, ada yang satu orang punya lebih dari satu unit.
Artinya, masih tersedia pangsa pasar yang besar untuk memasarkan produk smartphone di sini. Karena itu juga, tak heran jika pihak pabrikan smartphone, berlomba-lomba memasarkan lini produknya di sini, berusaha mencicipi “kue” pasar smartphone yang masih terbuka lebar itu. Tak usah heran pula, bila pihak vendor, acapkali menyebut Indonesia sebagai pasar yang penting bagi mereka.
Banyaknya pabrikan smartphone yang “bermain” di sini, pada gilirannya menciptakan persaingan yang ketat pula. Terutama di segmen menengah-bawah, yang memang pangsa pasarnya paling besar dan paling menggiurkan. Tetapi namanya juga persaingan, ada yang berjaya, dan ada pula yang rontok.
Hingga kuartal ketiga tahun 2019 ini, pasar smartphone Indonesia dikuasai oleh Oppo sebagai pemegang pangsa pasar terbesar. Diikuti oleh Vivo, Samsung, Realme dan Xiaomi, sebagai deretan lima besar penguasa pasar. Itu menurut riset pasar yang dilakukan firma IDC. Beda lagi dengan riset pasar yang dilakukan Centerpoint. Firma itu menempatkan Samsung sebagai penguasa pasar, diikuti Xiaomi, Oppo, Vivo dan Realme sebagai lima besar.
Terlepas dari beda versi antara Centerpoint dan IDC, menariknya tahun 2019 ini diwarnai dengan kehadiran pemain baru. “Rookie” yang mencoba peruntungan di pasar smartphone lokal, dan berani menantang para pemain kawakan penguasa pasar. Salah satunya adalah Redmi. Sebagai brand, sebenarnya Redmi tidaklah baru-baru amat. Ia adalah brand yang dilahirkan oleh Xiaomi –pemain kakap yang sudah lama malang melintang di kancah pasar smartphone lokal dan global. Tadinya Redmi merupakan nama seri dari salah satu lini produk Xiaomi. Namun masuk tahun 2019 ini, manajemen Xiaomi memutuskan menyapih Redmi menjadi brand yang berdiri sendiri, sebagai bagian dari strategi global Xiaomi.
Redmi memulai debut di Indonesia pada Maret silam, dengan merilis serial Redmi 7. Yang disusul selang sebulan kemudian dengan seri Redmi Note 7. Kehadiran smartphone debutan Redmi ini cukup menyita perhatian. Betapa tidak, hadir dengan desain cantik kekinian warna gradasi yang sedang tren, membungkus mesin yang powerfull. Spesifikasinya tak kalah dengan smartphone menengah atas. Namun harga yang ditawarkan mulai dari Rp1.499 juta (memori 2/16 GB). Varian tertinggi dengan memori 3/32 GB harganya cuma Rp1.899 juta.
Sementara Redmi Note 7, hadir dengan dua kamera yang kamera utamanya 48 Mpix. Didukung kamera selfie 13 Mpix. Dapur pacunya memakai Snapdragon 660 (14 nm) dengan GPU Adreno 512, untuk mendukung kinerja grafis yang mulus. Mesin yang powerfull itu –plus baterai 4000 mAh—dibungkus dengan desain cantik yang mempesona.
Produk yang bagus dengan spesifikasi dan fitur yang lengkap, dikombinasikan dengan harga yang sangat terjangkau, menjadi senjata mematikan bagi Redmi untuk bertarung di pasar ponsel dalam negeri. Dan memang seperti itulah strategi yang diterapkan. Redmi meyakini bahwa inovasi dan teknologi harus bisa dinikmati oleh semua orang. Jadi, kalau bisa memberi harga terjangkau, kenapa harus mahal?
Gebrakan itu dilanjutkan dengan merilis serial Redmi Note 8, yang disebutkan sebagai sebuah inovasi dan upgrade terbesar yang diberikan Redmi. Dirilis pada September lalu, Redmi Note 8 sanggup membuat orang terhenyak. Smartphone ini hadir dengan desain yang modern, memperhatikan aspek estetika dan keindahan yang paripurna. Serta, sesuai ciri khasnya, dilengkapi dengan spesifikasi dan fitur mumpuni.
Redmi menyebut upgrade yang dilakukan pada Redmi Note 8 Series ini sebagai peningkatan semua aspek ke level Super Star. Mulai dari desain dan tampilan, yang kini memakai penutup kaca 2.5D, pelapis nano yang memberikan perlindungan terhadap percikan air, lapisan pelindung Gorilla Glass 5 (depan dan belakang). Semua itu membungkus tampilan cantik dengan pilihan warna populer dan menawan.
Itu dipadukan dengan layar display yang luas, dengan rasio luas layar terhadap body mencapai 90%. Dicapai berkat penggunaan bezel minimalis. Termasuk bezel bawah (chin) yang umumnya masih tebal, tetapi tidak di Redmi Note 8 Series ini. Layar luas dengan sajian tampilan layar yang jernih dan tajam ini, disempurnakan dengan kinerja layar yang yahud. Responsif terhadap input sentuhan jari dan pergerakan antar layar yang mulus. Itu terlihat ketika dipakai gaming. Sajian grafis gaming meluncur mulus. Untuk kenyamanan mata, layarnya sudah bersertifikasi TUV Rheinland.
Kinerja grafis yang mulus itu, tak lepas dari GPU Mali-G76 MC4 (untuk varian Note 8 Pro), serta Adreno 610 (varian Redmi Note 8). Kinerja keseluruhan, didukung SoC Qualcomm SD 665 (Redmi Note 8) dan MediaTek Helio G90T (Redmi Note 8 Pro). Ini memberikan performa yang bertenaga sekaligus efisien dalam penggunaan daya. Ditambah dengan kapasitas memori besar 6/128 GB, bahkan untuk Redmi Note 8 Pro kapasitas memori hingga 8/256 GB.
Namun yang paling mengesankan adalah kelengkapan kamera. Redmi Note 8 Pro adalah smartphone pertama yang memiliki kamera 64 Mpix (di Indonesia). Kamera utama ini didukung dengan tiga kamera lain, untuk menghasilkan hasil foto yang menakjubkan. Kemampuan memotret malam hingga macro photo, pada akhirnya menyediakan pilihan berkreasi seluas-luasnya bagi pengguna.
Dengan semua keunggulan fitur dan desain itu, tak heran bila kemunculan Redmi Note 8 Series ini disambut antusias. Menurut keterangan Redmi, sejak diluncurkan hingga hari ini, tak kurang dari 10 juta unit telah dikapalkan ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, Redmi berhasil mengapalkan 125 ribu unit Redmi Note 8. Angka yang melebihi target yang diucapkan Redmi saat peluncurannya.
Makanya, pelan tapi pasti Redmi mulai mengukuhkan diri sebagai kuda hitam di kancah smartphone dalam negeri. Kualitas produk, desain menawan, kelengkapan fitur dan teknologi modern, yang dikemas dengan harga yang kompetitif, menjadi kekuatan Redmi untuk unjuk gigi di pasaran, dan bertarung dengan para pesaing.
Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia, orang yang bertanggung jawab mengelola Xiaomi (dan juga Redmi) di Indonesia, mengatakan, Xiaomi akan tetap teguh memegang strategi mereka. Yakni, menyediakan produk yang menakjubkan dengan harga yang jujur. “Xiaomi tidak akan mencontek strategi competitor,” ujar Alvin dalam suatu kesempatan. Bagi Alvin, mencontek strategi lawan hanya akan membuat Xiaomi/Redmi menjadi nomor dua. Dengan berpegang teguh pada strategi sendiri, besar kemungkinan akan merayap menjadi nomor satu.
Hal penting lainnya yang diungkap Alvin adalah, mereka akan selalu menyediakan lini produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Karenanya, Xiaomi dan juga Redmi akan terus menggembleng riset dan pengembangan agar selalu bisa “menangkap” tren di kalangan pengguna. Serta, senantiasa mendengar masukan dari penggemar. Dengan itu, bukan tak mungkin Redmi bakal masuk lima besar penguasa pasar smartphone di Indonesia pada tahun depan. Kita tunggu saja.