Teori tersebut menuduh Niantic Labs, anak perusahaan Nintendo Jepang yang membuat karakter Pokemon dan Google asal Amerika Serikat memberikan peta bagi pemain bekerja sama untuk menempatkan Pokemon-Pokemon langka di tempat yang belum pernah dikunjungi pemain. Bila tidak ada pemain yang bisa menangkapnya, bisa disimpulkan wilayah tersebut merupakan wilayah terlarang bagi warga sipil dan diduga kuat zona militer.
Pencetus teori konspirasi menyebut titik pertahanan Tiongkok akan mudah diketahui oleh lawan, sehingga bila terjadi perang terbuka akan membayakan keamanan negara. Pokemon Go adalah Permainan ‘augmented reality’ atau realitas tertambah, dimana pemain berjalan di sekitar lingkungan kehidupan nyata untuk berburu dan menangkap karakter kartun virtual pada layar smartphone mereka.
Meskipun permainan ini tidak tersedia di China, dimana tempat pasar smartphone terbesar di dunia dan pasar game online, beberapa orang di sana takut itu bisa menjadi kuda Trojan untuk tindakan ofensif dari Amerika Serikat dan Jepang.
Selain di Tiongkok, beberapa negara Timur Tengah seperti Kuwait dan Uni Emirat Arab (UAE) memperingatkan tentang bahaya memainkan Pokemon Go. Kementerian Dalam Negeri Kuwait memperingatkan agar gamer tidak berburu Pokemon di tempat sensitif. Sebut saja istana Emir Kuwait, masjid, fasilitas minyak, atau pangkalan militer.
Meski muncul seruan boikot Pokemon Go di Tiongkok, tapi faktanya belum ada larangan resmi permainan Pokemon Go di Negeri Tirai Bambu. Di pihak lain, Nintendo sendiri tidak memberikan indikasi kapan atau apakah Pokemon GO akan dirilis di Tiongkok. Seandainya nanti monster Pokemon Go beraksi di Tiongkok, sangat diyakini permainan ini akan diberi aturan yang kompleks dan beragam pembatasan.
