ArenaLTE.com - Ada kabar menggembirakan yang disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Tahun 2017 ini, pariwisata Indonesia berhasil melesat tumbuh sebanyak 24%, dibanding tahun lalu. Ini angka pertumbuhan tertinggi kedua di antara negara-negara Asean. Hanya kalah dari Vietnam, tapi jauh meninggalkan Malaysia yang cuma tumbuh 0.87%, padahal sudah habis-habisan mengkampanyekan slogan “Malaysia Trully Asia”.
Juga jauh meninggalkan Singapura, sebagai surga belanja, yang hanya tumbuh 3.83%. “Ini tak lepas dari konsep Wonderfull Indonesia melalui media sosial,” ungkap Arief, ketika menjadi pembicara kunci dalam seminar bertajuk “Digitalizing Wonderfull Indonesia”, yang digelar IndoTelko Forum, Kamis (14/12) di Jakarta.
Pencapaian itu, menurut Arief, merupakan hasil dari kebijakan Go Digital di industry pariwisata nasional, yang diterapkan semenjak pertama kali dia menjabat sebagai menteri pariwisata. Kenapa digitalisasi pariwisata menjadi pilihan, karena faktanya, 70% orang di dunia melakukan search dan share apapun aktivitasnya menggunakan media digital. Tren sekarang, orang sangat suka mem-posting aktivitas liburan maupun kuliner ke media sosial.
Makanya, papar Arief lagi, kalau mau branding pariwisata harus yang bisa menciptakan trending. "Saya berpikir untuk membuat 100 destinasi wisata digital di Indonesia, artinya yang harus Instagramable. Karena saya yakin keindahan objek wisata yang dibagikan di media sosial akan viral dan mendatangkan wisatawan yang juga netizen,” katanya.
Kebijakan digitalisasi industry pariwisata itu mendapat sokongan penuh dari Telkom, selaku perusahaan telekomunikasi milik negara. Alex J. Sinaga, Direktur Utama Telkom, yang juga hadir sebagai pembicara di seminar tersebut, mengatakan, pihaknya siap mendukung program Kementerian Pariwisata memperbanyak jumlah netizen manca negara yang melancong ke Indonesia. Tentu saja melalui infratruktur telekomunikasi milik Telkom.
Alex memaparkan data, 73% pelancong di dunia sangat aktif menggunakan media sosial. Sebanyak 87% dari pelancong yang bepergian, mengakui smartphone adalah perangkat yang wajib dibawa saat liburan. Sebagian besar pelancong itu, kata Alex, pasti mem-posting foto-foto dan video liburannya ke media sosial. “Jadi ya memang (pariwisata) sangat tepat didigitalisasi,” ujar Alex.
Namun begitu, Alex mewanti-wanti, ada tiga tantangan yang harus diatasi bila ingin menggenjot sektor pariwisata ini. Yang pertama adalah, kepercayaan maasyarakat untuk melakukan pembayaran hotel, tiket dan sebagainya secara digital, harus ditingkatkan. Kedua, masih banyak yang gaptek, dan perlu diedukasi. Ketiga, pelaku industry pariwisatanya sendiri, masih banyak yang belum mendigitalisasi diri.
Soal pembayaran melalui system digital ini, lembaga keuangan sebenarnya sudah menyiapkan diri. Seperti yang dilakukan salah satu bank negara, Bank Rakyat Indonesia (BRI). Mereka mempersiapkan prasaran pendukung untuk mempermudah sistem pembayaran dari wisatawan kepada perusahaan-perusahaan yang bergelut di industri pariwisata mulai dari hotel, restoran, dan sebagainya.
“BRI memiliki satelit untuk bisa melayani transaksi sampai ke remote area. Siapapun yang butuh layanan payment, kami buka API ke seluruh startup sektor transportasi, travel agent, tour operator, hotel, dan taman hiburan. Kami juga baru saja merilis edisi kartu kredit yang menampilkan 10 destinasi wisata baru Indonesia untuk membantu mempromosikan pariwisata,” kata Indra Utoyo, Direktur BRI.
Digitalisasi indutri pariwisata ini juga harus mencakup ke semua sektor pendukung. Seperti bandara-bandara yang menjadi pintu masuk para pelancong. Muhammad Awaluddin, Dirut Angkasa Pura II, yang mengelola sejumlah bandara besar di Indonesia, mengungkapkan, pihaknya sudah banyak mendigitalisasi layanan pada sebagian besar bandara.
“Banyak traveller sekarang yang tidak mau dilayani, karena mereka bisa melayani dirinya sendiri. Paling sepele, yang datang membawa ransel kenapa harus ikut antre lama dengan yang bawa bagasi banyak. Ini tidak efektif. Ini kami permudah dengan online check in. Karena kalau kita bisa mempercepat antrean seperti ini, maka akan bertambah waktu bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas di bandara seperti makan, belanja, ngopi yang berarti revenue buat kami,” kata Indra.
Karena itulah, untuk semakin meningkatkan pertumbuhan pariwisata nasional, mau tak mau semua pihak terkait harus bersinergi dan bekerjasama. “Synergi among us is a must! Dengan kecepatan, kesolidan, dan kecerdikan bisa membuat Indonesia menjadi besar dan lebih baik di masa depan, “ ujar Doni Ismanto Darwin, founder IndoTelko Forum, memungkasi pembicaraan dalam seminar.