ArenaLTE.com - Tidak diragukan lagi bahwa hadirnya teknologi Artificial Intelligence (AI) secara luas menawarkan prospek peningkatan produktivitas dan percepatan inovasi kepada bisnis, sambil juga memungkinkan masyarakat untuk menjawab tantangan-tantangan yang paling berat dan paling sulit: penyakit, kelaparan, pengendalian iklim, dan bencana alam.
 
AI telah menghadirkan manfaat ekonomi yang nyata bagi berbagai organisasi di Asia Pasifik. AI juga merupakan salah satu bagian terpenting dalam agenda nasional “Making Indonesia 4.0”, yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan lalu. Insiatif Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh di Indonesia.
 
Sebagai contoh, perusahaan pengiriman kontainer global terkemuka OOCL melaporkan bahwa penggunaan AI pada bisnis mereka telah menghemat $10 juta setiap tahunnya, sementara itu Apollo Hospitals di Indiamenggunakan AI untuk membantu memprediksi penyakit jantung di antara setiap pasiennya. Baik bank swasta dan milik negara di Indonesia termasuk Bank Central Asia, Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia juga telah memulai implementasi teknologi AI untuk memaksimalkan pelayanan pelanggan mereka dengan mengembangkan chat bot virtual pintar.
 
Dalam ketarngannya Haris Izmee, Direktur Utama Microsoft Indonesia menerangkan pandangan Microsoft Indonesia dalam memperingati Hari Buruh Internasional pada 1 Mei: “Sambil kami kagum dengan manfaat yang diberikan Artificial Intelligence, kami juga menyadari AI merupakan teknologi yang menggantikan sesuatu, terutama ketika berbicara mengenai fungsinya dalam menggantikan lapangan pekerjaan.
 
“Faktanya, topik penting pembicaraan yang muncul ketika saya bertemu dengan para pimpinan perusahaan dan pemerintahan di Asia Pasifik adalah pencabangan AI dalam tenaga kerja. Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri jika gangguan sosial yang AI dapat ciptakan akan secara keseluruhan akan lebih besar dibandingkan manfaatnya,” jelasnya.


 
Implikasi di Indonesia : Memperkenalkan Hukum Sosial Pertama untuk Bot Sosial
Sementara Indonesia masih pada tahapan awal dalam adopsi AI, kami telah mulai melihat pertumbuhan perusahaan yang telah mengadopsi chat bot berkekuatan AI untuk berkomunikasi dengan pelanggan mereka, seperti Bank-Bank Indonesia terkemuka yang disebutkan di atas. Banyak yang bertanya: “jika berbicara dengan chatbot sangat menarik, apa yang terjadi jika orang berpikir untuk berbicara hanya dengan bot, dan bukan manusia lagi?”
 
Microsoft Indonesia memperkenalkan sebuah aturan untuk chatbot, yang di sebut “Hukum pertama untuk Bot Sosial” yang berisi: sebuah bot sosial harus bertujuan untuk mendorong komunikasi manusia dengan manusia secara langsung atau tidak langsung. Untuk bisa membedakan bot sosial dari bot lainnya, hukum tersebut harus dipatuhi, termasuk oleh bot pada platform sosial. Hukum ini juga diikuti oleh Rinna, sosial bot Microsoft yang diprogram sebagai seorang perempuan muda.
 
Saat mengembangkan sebuah chat bot, perusahaan harus berfokus pada bagaimana untuk membangun sebuah dunia empati dimana manusia dan bot berempati satu dengan lainnya, yang dikenal sebagai hubungan emosional.
 
Empati tidak hanya antara manusia dan bot, tetapi yang terpenting adalah antara manusia dan manusia. “Sejak hari pertama pengembangan kami, kami menyadari keberadaan Rinna harus dan bisa membantu komunikasi manusia dengan manusia dalam berbagai bentuk melalui Rinna.” tambah Haris.
 
AI semestinya tidak dikendalikan oleh beberapa organisasi saja. Masa depan AI kita semestinya dibangun oleh semua orang dengan visi bagaimana AI dapat bermanfaat bagi perekonomian dan masyarakat serta bagaimana kita bisa mengatasi permasalahan-permasalah AI dan implikasinya.
 
“Masa depan AI bisa cerah atau redup. Pandangan saya adalah teknologi penggati merupakan sebuah norma, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi pengganti merupakan hal yang menjelaskan tentang kita semua. Dan untuk beradaptasi dengan masa depan AI yang akan hadir dan berevolusi dengan cepat, semua pihak, dari pekerja, perusahaan, hingga pemerintahan, perlu untuk mulai lebih banyak lagi mendengarkan satu dengan lainnya, bekerja sama dan terus belajar hal-hal dan keterampilan baru,” tutup Haris.