Dalam OJK Fintech Days tersebut salah satu penyedia layanan Fintech P2P lending di Indonesia, Tunai Kita ikut serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai industri fintech P2P lending sehingga konsumen akan terlindungi sesuai dengan POJK77.
Andry Huzain, Co-Founder dan COO PT Digital Tunai Kita (DTK) disela-sela acara OJK Fintech Days mengungkapkan bahwa layanan fintech P2P lending merupakan bentuk semangat gotong royong masyarakat Indonesia yang kekinian.
“Seperti istilahnya anak-anak zaman now, Fintech P2P Lending sebagai alternatif instrumen keuangan berupa pendanaan gotong royong secara digital,” jelas Andry.
Andry menilai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi ini sudah sangat baik dan menjawab kebutuhan antara masyarakat yang belum melek perbankan dengan industri fintech P2P lending.
Regulasi ini masih relevan dan belum perlu dilakukan perubahan. Bahkan bila melihat data OJK kebutuhan pembiayaan (pinjaman) nasional mencapai IDR1.600 triliun dan baru sekitar IDR600 triliun di antaranya yang bisa dilayani oleh bank dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan sisanya IDR1000 triliun belum terlayani sehingga Tunai Kita salah satu pemain di industri fintech P2P lending bisa menjadi alternatif pembiayaan.
Tunai Kita Makin Ekspansif
Menurut Andry, partisipasi DTK di OJK Fintech Days ini juga sekaligus menandai masuknya Tunai Kita di Medan, Sumatera Utara. “Sebetulnya kami telah beroperasi di Medan sejak Desember 2017, namun dengan adanya OJK Fintech Days ini, kami akan lebih ekspansif melayani masyarakat di provinsi Sumatera Utara.”Saat ini, DTK telah beroperasi di 27 kota, antara lain, Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Pekanbaru, Batam, Palembang, Medan dan Padang, Makassar dan Manado. Andry menegaskan bahwa Medan merupakan salah satu kota yang strategis dan potensial untuk mengembangkan pasar fintech, karena menurut data OJK tahun 2017, tingkat literasi di provinsi Sumatera Utara relatif tinggi yaitu sebesar 32,36 persen, sedangkan inklusinya mencapai 75,7 persen.
“Saat ini customer Tunai Kita di Medan baru mencapai 3000 nasabah, sehingga kami akan berusaha terus untuk mendekatkan diri dan melayani masyarakat di Medan khususnya, dan Sumutera Utara pada umumnya agar dapat merasakan layanan dan manfaat dari kehadiran industri fintech,” tambahnya.
Menurut CEO DTK James Chan, Tunai Kita merupakan startup yang bergerak di segmen P2P lending dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip finansial, teknologi mobile, big data, dan machine learning untuk mengevaluasi kredit dan menyetujui pinjaman dengan dengan lebih cepat berkualitas karena menggunakan teknologi lending robot.
James menambahkan, rata-rata waktu proses pengajuan kredit hingga proses persetujuan di Tunai Kita sebetulnya hanya membutuhkan waktu dalam hitungan detik saja. “Tetapi Tunai Kita tidak sendirian, karena prinsip kerja P2P lending itu gotong royong, maka proses pengajuan kadang bisa lebih dari beberapa menit. Lending Robot kami dapat menyetujui pinjaman dalam beberapa detik tergantung pada kelayakan kredit, dan bekerja 7 hari seminggu termasuk akhir pekan."
James menegaskan bahwa Tunai Kita bekerja secara gotong royong dengan berbagai sumber pendanaan dan mitra di Indonesia yang memiliki berbagai tingkat Service Level of Acceptance sehingga pelanggan dapat menikmati pinjaman yang dicairkan dalam waktu 24 jam.
Dia menilai pergeseran perilaku masyarakat pada aspek layanan digital dengan memanfaatkan penggunaan teknologi digital, dan penetrasi pengguna internet dan smartphone yang tinggi memicu pesatnya perkembangan fintech di industri keuangan di Tanah Air. Oleh sebab itu, Tunai Kita selalu berkomitmen untuk terus mendukung program Inklusi Keuangan Nasional yang menjadi salah satu mandat OJK.