ArenaLTE.com - Pada tanggal 1 Desember 2017 lalu, Asosiasi Fintech Indonesia ( AFTECH) dan Fintech Australia teleh meresmikan kerjasama untuk mendorong pertukaran sumber daya manusia, keahlian, teknologi, serta kesempatan untuk berinvestasi di antara kedua pasar tekfin yang sedang berkembang pesat.
Perjanjian tersebut menjadi tahap penting bagi perkembangan dan pertumbuhan industri tekfin secara timbal balik di kedua negara. Sebagai kelanjutan kerja sama tersebut, kedua asosiasi telah berkomitmen untuk berkolaborasi, mencari soslusi untuk masalah kritis, dan mendukung industri tekfin Indonesia.
Kolaborasi dengan Australia ini diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi di Indonesia, yang mencakup pertumbuhan dan peningkatan kapasitas para pemain pasar, pembangunan infrastruktur dan sistem keuangan yang aman dan dapat dipercaya, perlindungan konsumen, advokasi kebijakan yang dapat mendukung perkembangan pesat teknologi keuangan, serta terus mempromosikan inklusi keuangan bagi masyarakat.
" Kami Antusias untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekosistem tekfin di Indonesia. Kami percaya kolaborasi antara kedua asosiasi dapat mendukung kemajuan tekfin yang begitu pesat dan gelombang kebangkitan wirausaha di bidang tekfin yang begitu besar di Indonesia." Jelas Simon Cant.
Selama lebih dari dua dekade terakhir , Pemerintah Australia telah mendukung perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya untuk mecapai stabilitas keuangan serta inklusi keuangan bagi masyarakat.
Asosiasi Fintech Australia juga mengumumkan empat pemenang program beasiswa, yang terdiri dari DOKU, M-SAKU, Connector.id, dan Privy Identitsa International. Mereka memenangkan beasiswa berupa perjalanan kunjungan selama dua minggu ke Australia untuk bertemu dengan pelaku industri dan investor yang dapat mendukung perkumbungan usaha mereka masing-masing.
Program tersebut merupakan bagian program penghargaan Australia Awards, yang memberi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pengalaman serta jejaring di pasar Australia. Tahun ini merupakan tahun pertama penyelenggaraan program tersebut yang ditunjukan bagi perusahaan tekfin di Indonesia.
Bentuk nyata kolaborasi kedua asosiasi diwujudkan lewat penyelenggaraan sesi "Expert Gym " sebagai bagian dari rangkaian acara Indonesia-Australia Digital Forum. Sesi ini merupakan seminar rutin bagi para anggota Asosiasi Fintech Indonesia yang mengangkat topik-topik relevan dengan isu terkini dunia tekfin dengan narasumber terkemuka, sekaligus sebagai ajang berbagai praktis cerdas, dan kesempatan untuk berjejaring dan berkolaborasi.
Topik yang diangkat kali ini adalah " Digital KYC : Global Trends and Local Challenge " dan " RegTech for Financial Inclusion " yang menghadirkan para pakar dan pelaku usaha tekfin dari Indonesia dan Australia.
Selain itu, Asosiasi Fintech Indonesia dan Australia juga akan bekerja sama dalam Fintech Space, yang merupakan co-working space khusus tekfin yang pertama di Indonesia. Sebagai Paltform kolaborasi, industri tekfin dari kedua pihak dapat bertukar gagasan dan solusi untuk melahirkan inovasi-inovasi baru yang dapat mempercepat pertumbuhan industri tekfin.
Indonesia berkembang sebagai pusat tekfin dan usaha rintisan ( start-up ) ke- 2 terbesar si wilayah Asia Tenggara, yang ditandai dengan adanya 53 proyek investasi di industri tekfin yang diprediksi akan selesai di tahun 2017 dan total investasi senilai US$3 miliar yang dikucurkan untuk mendukung perusahaan tahap awal ( early stage ) dan start up hingga tahun ini.
Di saat bersamaan , Australia saat ini memiliki industri tekfin yang sangat akfit dengan pertumbuhan jumlah perusahaan dari 100 perusahaan di tahun 2014 menjadi hampir 600 perusahaan saat ini. Start-up di Australia didominasi oleh tekfin dengan satu dari lima pendiri start-up mengincar industri ini.