ArenaLTE.com - Pada ajang Asia Pacific (APAC) Syber Security Weekend di Siem Reap Kamboja (20/9), dengan tema “Balkanisation: Security Should Not Be in Isolation” Kaspersky Lab ungkap resiko dan bahaya dari Balkanisasi dunia siber.
 
Saat membuka even tersebut, Managing Director, Kaspersky Lab APAC, Stephan Neumeier mengungkapkan bahwa mengutip kata-kata CEO Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky, kita bisa melihat era digital tanpa batas kini mulai berakhir.
 
“Negara mulai membangun tembok dan batas bagi mereka sendiri dan dunia internet kini tepecah belah dengan batasan-batasan yang mungkin akan menguntungkan bagi negara tersebut tapi akan merugikan bagi pihak lain termasuk bagi para penjahat siber yang terus menyebar ancaman siber ke seluruh dunia”, ungkapnya.
 
Lalu apa sebenarnya Balkanization atau Balkanisasi? kata-kata Balkanisasi ini datang dari Kejadian perang Balkan yang menyebabkan yugoslavia terpecah belah menjadi 6-7 negara.
 
Namun sayangnya sekarang kita melihat banyak kejadian yang mirip dengan Balkan dimana kebijakan Geopolitical diterapkan pada sebuah wilayah ingin  terpisah dan ingin terisolasi dari negara lainnya.
 
Dan kejadian Balkanisasi ini akan mendorong lahirnya proteksionisme. Dimana negara menjadi tertutup dan menyulitkan untuk melakukan interaksi antar negara.

Kaspersky-Lab-Cyber-Security-Weekend-Siem-Riep-cambodia-2018
 
Balkanisasi dan proteksionisme ini sudah mulai terjadi, dimana sangat sulit bagi negara asing untuk bekerjasama dengan sebuah negara. Perusahaan asing dan teknologi asing sangat susah untuk bertransaksi di negara tersebut.

Pendiri dan CEO Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky mencatat beberapa negara-negara seperti Brasil dan Jerman mulai mengembangkan sektor independen mereka dari internet yang melibatkan pembangunan jaringan paralel, terisolasi dari internet, untuk pertukaran komunikasi yang sangat rahasia.
 
Selain itu, beberapa negara juga menyusun kebijakan yang membutuhkan raksasa teknologi global seperti Google dan Facebook untuk mengalihkan pusat data mereka ke lokasi lokal untuk mengurangi gangguan mata-mata asing dan data luar negeri.
 
Tren ini sangat berbahaya dan menjadi preseden buruk kedepannya, karena meskipun negara terisolasi dari perdagangan dan ekonomi namun dunia siber dan kemanan siber (cyber security) tidak memiliki batasan.
 
Ancaman dan serangan siber terus bergerak maju dan membahayakan siapa saja tidak terpengaruh oleh batasan yang dibuat negara yang menerapkan balkanisasi tersebut.
 
Pada ajang tahunan Asia Pacific (APAC) Syber Security Weekend yang ke-4 ini juga Kaspersky Lab mengungkapkan perkembangan kemanan siber dunia berbagai ancaman siber terbaru yang diungkap oleh tim ahli cybersecurity  dari Kaspersky Lab's Global Research and Analysis Team (GReAT).
 
Direktur GReAT Kaspersky Lab di APAC, Vitaly Kamluk mengungkap masa depan internet berdasarkan pengalaman 13 tahunnya dalam menganalisis malware serta tren saat ini yang mengubah lanskap keamanan dunia maya di dunia.
 
Kamluk memperingatkan bahwa jumlah malware baru yang terdeteksi setiap hari terus meningkat dari tahun ke tahun semakin banyak, semakin canggih dan memiliki  jangkauan yang luas. Masa depan internet sangat rentan karena Balkanisasi masing-masing negara berebut untuk memperkuat pertahanan mereka.
 
Namun, fragmentasi bukanlah baju besi (armor) yang kita butuhkan untuk menghadapi ancaman internet masa depan. Dunai yang terpecah belah malah justru sangat mudah dihancurkan.  Oleh karena itu kita harus bekerjasama membuat kolaborasi, dan meningkatkan kepercayaan untuk bersama-sama melawan para penjahat cyber yang tidak mengenal batasan.
 
Pendiri dan CEO Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky mencatat beberapa negara-ne
 
Selain perdebatan penting tentang masa depan internet, peneliti keamanan senior Korea yang berbasis di Kaspersky Lab, Seongsu Park, juga menjelaskan musuh online yang canggih dan terkenal dari negara-negara APAC: kelompok Lazarus.
 
Park akan membidik operasi ancaman yang terus berlanjut, ancaman persisten canggih berbahasa Korea (APT) yang telah meluncurkan serangan rantai pasokan palsu dalam pengiriman malware ke Windows dan bahkan perangkat MacOS.
 
Suguru Ishimaru, peneliti keamanan di GReAT Kaspersky Lab, juga berbagi metode yang digunakan untuk menganalisis malware Android dan akan mengungkapkan aktivitas terbaru dari malware ponsel yang dijuluki sebagai Roaming Mantis.
 
Penyerang bermotif uang ini berhasil menginfeksi smartphone Android di Korea Selatan, Bangladesh, dan Jepang melalui DNS yang dibajak awal tahun ini.
 
Untuk menyoroti tindakan terbaru Kaspersky Lab terhadap kepercayaan dan kejujuran dalam industri keamanan dunia maya, Anton Shingarev, Vice President of Public Affairs and Head of the CEO office at Kaspersky Lab juga menerangkan detail mengenai strategi terbaru Global Transparansi Inisiatif Kaspersky Lab.