ArenaLTE.com - Dunia fintech (financial technology) di Indonesia semakin marak. Penyebaran jaringan 4G LTE yang semakin luas didukung dengan penetrasi smartphone yang tinggi menjadi pemicunya. Berbagai perusahaan yang bergerak di sektor ini pun terus melakukan terobosan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Doku bekerjasama dengan Bareka. Mereka menawarkan layanan investasi reksa dana secara online yang bisa dilakukan langsung dari aplikasi Doku.

Para pengguna Doku dapat membeli produk investasi reksa dana mulai dengan nominal Rp100.000. Thong Sennelius, CEO Doku, mengungkapkan pihaknya antusias menjalin kerjasama strategis dengan Bareksa. Menurutnya, kerjasama ini sejalan dengan upaya untuk mendukung program edukasi investasi pemerintah di atas melalui micro investing.

“Tabungan investasi reksa dana di aplikasi Doku cocok untuk pengguna yang ingin belajar dan mencoba berinvestasi. Karena menawarkan investasi aman dengan resiko yang minim dengan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan menabung di bank. Fitur ini juga bisa memberikan manfaat lebih bagi pengguna yang memiliki endapan dana di aplikasi Doku,” kata Thong.

reksa-dana-fintech

DOKU sendiri merupakan pelopor uang elektronik di Indonesia. Pasca mendapatkan lisensi e-money tahun 2012 dan ijin Transfer Dana tahun 2015, DOKU telah memiliki lebih dari 1 juta pengguna, dengan jumlah merchant lebih dari 22.000 dan 15 mitra perbankan. Akhir tahun 2015, DOKU mengelola total transaksi online sebesar Rp8,5 triliun, dan menargetkan pertumbuhan sebesar 30-40% tiap tahunnya. Sementara itu Bareksa diklaim merupakan perusahaan teknologi pertama yang mendapat lisensi resmi dari OJK sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.

Co-founder/Chairman Bareksa, Karaniya Dharmasaputra, menjelaskan bagaimana pengguna DOKU akan mendapat manfaat dari kolaborasi ini. “Selama ini, peraturan menggariskan bahwa uang yang mengendap di mobile wallet tidak boleh diberikan bunga. Bekerja sama dengan Bareksa, maka pengguna Doku bisa sekaligus menabung di investasi reksa dana pasar uang. Sehingga bisa memperoleh imbal hasil (keuntungan) dari uang mereka yang disimpan di DOKU, tidak lagi nol persen seperti selama ini,” ujarnya.

Dalam kerja sama ini, Doku dan Bareksa mensinergikan teknologi, trafik, konten, serta program edukasi dan marketing. Untuk produk reksa dana yang ditawarkan, Bareksa dan Doku sepakat menawarkan Cipta Dana Cash.
 

Baca juga:
Doku Gandeng Dimo Hadirkan Sistem Pembayaran Via Barcode
FinTech, Solusi Baru Layanan Jasa Keuangan Di Era Digital


Produk reksa dana yang ditawarkan sengaja dipilih reksa dana pasar uang. Karena menimbang risikonya yang sangat kecil dan stabil. Pada model ini, dana nasabah ditempatkan di deposito bank dengan bunga khusus dan obligasi jangka pendek.

Menurut data Bareksa, Cipta Dana Cash membukukan keuntungan (return) sebesar 8,61% (nett) dalam 12 bulan terakhir. Angka keuntungan ini jauh lebih tinggi dibandingkan suku bunga bank yang berada di kisaran 0,5-0,7% per tahun. Jika dibandingkan dengan bunga deposito yang rata-rata berada di kisaran 6–7% per tahun (belum dipotong pajak), keuntungan yang dihasilkan Cipta Dana Cash masih jauh lebih tinggi.


Layanan tabungan reksa dana online ini bisa diakses di aplikasi DOKU dengan mengklik menu investasi. Setelah itu, pengguna bisa membuka akun baru atau login jika sudah memiliki akun Bareksa.

Untuk akun baru, pengguna hanya perlu melengkapi data yang sudah ada di aplikasi DOKU lalu melakukan validasi akun menggunakan tanda tangan elektronik atau tanda tangan basah di form yang akan dikirimkan secara otomatis setelah pengguna meng-klik tombol kirim SMS. 

Cara investasi reksa dana di aplikasi Doku
Cara investasi reksa dana di aplikasi Doku[/caption]

Penetrasi Investasi Reksa Dana Masih Kecil

Saat ini, penetrasi reksa dana di Indonesia masih relatif rendah. Menurut data OJK per September 2016 total dana kelolaan reksa dana di Indonesia baru sekitar Rp309 triliun. Dibandingkan negara-negara lain, angka itu tergolong kecil, cuma sekitar 10,5% dibandingkan PDB Indonesia. Padahal, di Amerika Serikat total AUM sudah mencapai 100% PDB, Malaysia 55%, dan di Singapura bahkan sudah mencapai hampir 591% dari PDB.

Jumlah investor reksa dana di Indonesia pun masih relatif sedikit. Pada tahun 2015 diperkirakan baru sekitar 250.000 orang. Artinya, ini cuma sekitar 0,1% dari total populasi—masih terpaut jauh di bawah AS yang telah mencapai 28%, Malaysia 18%, dan bahkan Singapura yang sudah 30%.

Namun, kondisi ini dilihat Thong justru menawarkan peluang pertumbuhan yang sangat besar. “Melihat penetrasi Internet di Indonesia yang telah mencapai 100 juta orang dan pertumbuhan akses pembayaran tanpa uang tunai yang diperkirakan akan menciptakan belanja konsumen hingga USD10 triliun dalam 10 tahun mendatang (Global, The Demand Institute report), kami bersama Bareksa melihat ada peluang yang sangat besar di depan,” katanya optimistis.