ArenaLTE.com - Waze, aplikasi navigasi GPS berbasis komunitas, dapat dikatakan berbeda dari aplikasi navigasi GPS lainnya karena peta Waze dibangun dan dikelola oleh komunitas sukarelawan di dunia.
Lebih tepatnya, sukarelawan ini disebut sebagai Editor Peta atau Map Editor. Di seluruh dunia, terdapat 30,000 Map Editor aktif setiap bulannya, dengan lebih dari 720 orang yang berasal dari Indonesia.
Para anggota Map Editor pada dasarnya adalah pengguna Waze yang secara aktif berkontribusi untuk meningkatkan kinerja peta Waze, dengan memperbaharuinya ketika ada perubahan pada kondisi atau letak penempatan jalan di dunia nyata.
“Para Map Editor Waze dapat mengubah jalan, nama lokasi, dan menambahkan destinasi seperti pom bensin, pusat perbelanjaan, bank dan sebagainya ke dalam peta Waze. Para Map Editor ini terus memberikan kontribusinya, mereka adalah orang-orang yang ingin membantu memberikan kemudahan bagi hidup banyak orang,” jelas Country Manager Waze Indonesia, Marlin R. Siahaan.
Komunitas Map Editor ini juga bekerja secara langsung dengan mitra Connected Citizens Program Waze – sering kali kota, kota madya, dan departemen untuk transportasi yang secara bebas berbagi data terus menerus dengan Waze – untuk membantu melakukan pembaruan jalan pada peta.
Hal ini dapat diartikan ketika ada kontruksi yang berujung pada penutupan jalan atau bahkan ada maraton di kota tersebut, para Map Editor bekerja sama dengan mitra yang bersangkutan untuk memastikan pemberitahuan mengenai penutupan jalan sementara tertera di peta Waze.
Salah satu Map Editor Waze dengan hak editorial tertinggi adalah Christian Iskandar. Christian yang biasa dipanggil Chris adalah seorang penerbit buku dari Jakarta, yang sebelumnya tidak pernah menggunakan aplikasi navigasi apapun, hingga suatu hari salah satu temannya menyarankan Waze pada tahun 2013.
Pada awalnya, Christian terkesan dengan kemampuannya menyarankan rute yang lebih baik dan lebih cepat. Kemudian saya terinspirasi untuk memberikan lebih banyak edit ke aplikasi Waze.
“Saya senang menjadi seorang Map Editor karena merasa dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Saya ingin memastikan agar orang lain tidak tersesat ketika melakukan perjalanan. Itulah alasannya mengapa saya bangga menjadi seorang Map Editor,” ungkapMap Editor Waze Indonesia, Christian Iskandar.
Pada tahun 2013, komunitas Map Editor tersebut tidak sebesar dan seaktif saat ini. Bahkan, saat itu hanya ada satu forum diWaze.com yang dapat mengakomodasi para anggotanya.
Chris menyadari akan kurangnya komunikasi di antara para anggota komunitas tersebut di Indonesia, sehingga Ia mulai membuat sebuah forum pesan berantai online di Waze.com untuk berbagi serta berdiskusi dengan sesama pengguna dan Map Editor, mengenai segala hal yang terkait dengan Waze.
Chris juga dikenal sebagai seorang “Global Champ”, yang dipilih secara khusus oleh Waze. Di Indonesia sendiri ada beberapa Global Champ lainnya, termasuk Trevino Soenjono dan Martin Ugahary.
Ketiganya merupakan pemimpin bagi Map EditorWaze di Indonesia. Selain itu, ada juga tingkat lain di bawahnya yang disebut “Local Champs”, yakni para Map Editor aktif yang dianggap sebagai ahli peta di negara atau wilayahnya masing-masing.
Sudah enam tahun sejak Chris bergabung dalam komunitas ini dan tidak pernah sekalipun berhenti memikirkan langkah-langkah baru untuk membantu para pengguna terhubung satu sama lain, agar mereka dapat menghemat waktu dan menghindari kemacetan di jalan.
Para Map Editor berkontribusi di Waze secara aktif dan dengan sukarela, semata-mata karena dorongan semangat atau passion dari diri mereka sendiri. Mereka juga menganggap ini sebagai cara untuk berkontribusi pada layanan publik – untuk membantu masyarakat menemukan jalan dengan lebih baik, serta adanya rasa kepuasan tersendiri dan ini merupakan penghargaan yang cukup bagi mereka.
Saat ini, banyak peningkatan dan pembaruan yang dapat ditemukan di Waze, dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari kontribusi para anggota komunitas – sesuai dengan julukannya sebagai sebuah aplikasi navigasi GPS terkemuka berbasis komunitas.