ArenaLTE.com - Indonesia LTE Community kembali menggelar diskusi tahunan yang membahas seputar industri telekomunikasi Tanah Air. Pada perhelatan Indonesia LTE Conference 2018, organisasi yang fokus pada perkembangan ekosistem layanan data di Indonesia ini mengusung tema utama bertajuk “Entering The Next Phase of Data Era”.

Kian meluasnya penggunaan akses data berkecepatan tinggi dan perkembangan teknologi menuju fase selanjutnya yang kian agresif menghadirkan berbagai peluang sekaligus permasalahan baru.

“Dari tahun ke tahun, teknologi berkembang kian pesat. Setelah masyarakat Indonesia bisa menikmati layanan internet cepat 4G LTE dari berbagai operator kini datang fase selanjutnya 5G.  Jangan sampai teknologi sudah  siap,  namun industri   terkait  lainnya dan  masyarakat sebagai penikmat dan  pengguna teknologi itu tidak  bisa memanfaatkan teknologi tersebut sesuai yang diharapkan.”

Menurut Iman Aulia, Ketua Indonesia LTE Community, selain harus bisa beradaptasi dengan perubahan, stakeholder dituntut bisa menggali berbagai potensi yang muncul sekaligus meredam permasalahan yang muncul.

“Telekomunikasi sangat dinamis selalu berkembang. Bicara perkembangan bisnis industri telekomunikasi, banyak hal yang membuat konstelasi industri berubah.  Tahun lalu, layanan data menjadi tren. Masyarakat lebih panik kehabisan kuota daripada habis duit. Kini era 5G sudah datang menjadi sesuatu yang harus dihadapi pelaku industri.

ILC-2018-Indonesia-LTE-Conference-2018

Saat ini ada tiga isu yang mencuat di industri telekomunikasi. Antara lain kendala dalam membangun transmisi. Kemudian efek gunting sejak era 3G yang masih terjadi sampai sekarang. Juga permasalahan yang muncul terkait alokasi frekuensi dan ketersediaan frekuensi.

Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, dalam pidato pembukaan di Balai Kartini, Gatot Subroto, Jakarta mengungkapkan jika kita harus siap menghadapi fase berikutnya dari era layanan data ini.

Menurut Rudiantara, perkembangan layanan data di Tanah Air sebenarnya tergolong cepat. “Desember 2015 kita meluncurkan layanan 4G. Dalam dua tahun tiga bulan, sudah 62.000 eNode dibangun. Tidak gampang, tapi bisa tumbuh dua ribu dalam 2 tahun 800 hari. Artinya rata-rata 80 dibangun per hari. Cepat luar biasa.  Tapi memang masih ada daerah yang bolong karena mahalnya backbone dan transmisi.”

Selanjutnya, bicara soal Palapa Ring, ia mengaku di kawasan Barat sudah selesai sementara Tengah baru 5% dan Timur sudah 40%. “Kominfo ingin memberikan pelayanan akses telekom broadband pada wilayah KPU/USO yang belum terjangkau broadband. Menurunkan biaya dalam pelaksanaan penyediaan akses internet melalui satelit.”

Membahas soal trial 5G di event Asia Games, ia mengaku belum pernah membuat pernyataan resmi. “5G ditunggu. Buat yang ingin melakukan user experience mau operator yang mana tidak ada masalah. Kalau itu uji coba, maka tidak ada BHP frekuensi.

Terkait soal efek gunting, Ivan Cahya Permana, VP Next Generation Network PT Telkomsel, mengaku khawatir. “2018, data tumbuh 126% sedangkan revenue hanya tumbuh 26%. Efek yang dikawatirkan sudah terjadi, kalau terus seperti ini, semua operator sulit bertahan.” 

Selain itu, menyoal perkembangan layanan data saat ini, ia mengaku kapasitas transmisi yang dibutuhkan layanan telekomunikasi akan lebih banyak lagi. “Transmisi adalah backbone utama layanan.”

Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren menambahkan, pihaknya merasakan perkembangan pesat di era sekarang. ”Ke depan tantangan makin besar. Yaitu trafik di muara internet. Kendalanya adalah hambatan di daerah.”

Banyak kota melakukan safe guarding pembangunan jaringan, alasannya telekomunikasi merusak kota. “Perlu harmonisasi pusat darn daerah agar semuanya running. Tidak ada pipanya bagaimana layanan bisa jalan.”

ILC-2018-Indonesia-LTE-Conference-2018

XL pun tengah menggenjot layanan. Saat ini, mereka, tengah mengembangkan jarinan di luar Jawa dan menyambungkan backbone dengan Palapa Ring. “Tapi XL pun meminta bantuan dan support dari pemerintah dalam membangun fiber optik,” ujar Rahmadi Mulyo Hartono, Group Head LTE XL Axiata.

Sementara Tri mempersoalkan efek gunting yang masih terjadi. “Tahun lalu, trafik tumbuh 200%, tapi revenue tak linear dengan peningkatan trafik. Sekarang bagaimana meningkatkan penetrasi dan coverage dibantu Palapa Ring,” ujar Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia, M Danny Buldansyah.

Ia pun berharap kota-kota ikut membantu. “Kami mengharapkan kota-kota menganggap sarana telekomunikasi adalah fasilitas umum, jadi kita bukan dipalakin. Ijin susah kita harus keluar uang besar untuk membuat sesuatu atau meningkatkan kapasitas.

“Kita belajar dari beberapa waktu lalu, di Airtport harus bayar mahal untuk dapat coverage. Fsilitas seperti itu butuh bantuan pemerintah agar dapat harga rasional. Di satu pihak mudah-mudahan harga buat pelangggan bisa affordable tapi kita berharap cost turun dengan fasilitas yang dibantu pemerintah. 

Indosat menyambut baik Palapa Ring. Opeator ini pun mengaku membutuhkan backbone di luar Jawa. “Problem utama roll out di luar Jawa, backbone yang mahal dan sangat terbatas,” kata Fajar Aji Suryawan, Group Head Government Relation Indosat Ooredoo.

Bicara soal efek gunting, ia menegaskan hal serupa dengan operator lain, “Kenaikan data signifikan tapi pendapatan tidak sejalan. Ini juga jadi persoalan di Indosat,” pungkasnya. 

Menanggapi soal efek gunting, Mekominfo menegaskan, “Selalu saya sampaikan soal floor price policy. Saya orang yang pro kompetisi. Tapi saya ingatkan konsumen jangan pengen murah. Uang untuk pelihara jaringan dari mana? Masyarakat pun harus diedukasi. Darimana uang operator kalau kita selalu pengen murah, ” tutupnya.