ArenaLTE.com - Huawei memprediksi kehadiran teknologi telekomunikasi generasi kelima (5G) akan mendorong pertumbuhan industri konten dengan cepat.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif dan President Group Bisnis Jaringan Huawei, Ryan Ding beberapa waktu lalu dalam Forum “5G is On”.
Menurutnya kehadiran jaringan 5G yang bersamaan dengan lahirnya teknologi Virtual Reality, Augmented Reality dan layanan video beresolusi Ultra-HD akan mengubah pola penggunaan konsumen terhadap data.
“Secara global, saat ini 5G mendapatkan momentum kuat untuk proses adopsi komersial. Sejumlah negara termasuk Korsel, Inggris, Swiss, Italia dan Kuwait telah mengumumkan gelaran 5G, dua pertiganya dibangun oleh Huawei,” kata Ryan Ding.
Ryan Ding memperkirakan sejumlah industri akan mengalami ledakan seiring adaptasi besar- besaran teknologi 5G guna mendukung transformasi digital berbagai sektor dan efisiensi pun akan semakin meningkat.
“Dua bulan sejak 5G digelar secara komersil di Korea Selatan, jumlah pengguna teknologi 5G di negara tersebut telah mencapai 1 juta orang, dengan rata-rata penggunaan trafik setiap orang mencapai 1,3 GB per-hari,” kata Ryan Ding.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa rerata pendapatan per pengguna (ARPU) operator yang menggunakan 5G tercatat meningkat 75 persen, namun kisaran harga per gigabit data yang dibayarkan konsumen justru berkurang hingga 90 persen, yang secara tidak langsung sangat menguntungkan operator dan pengguna layanan data.
Sifat teknologi 5G yang memungkinkan penggunaan data secara massif, menjadikan teknologi tersebut disruptor bagi penyedia layanan konten yang berbasis high-definition dan berkecepatan tinggi.
Ryan memberikan contoh bahwa di Tiongkok, industri siaran televisi tradisional membutuhkan perangkat penyiaran senilai 80 juta yuan (sekitar 160 miliar rupiah) dan 150 pekerja yang mendukung kegiatan merekam, mengedit, mentransfer dan menyiarkan. “Hal tersebut belum termasuk biaya sewa satelit yang harganya selangit,” katanya.
“Namun hal tersebut akan berubah dengan sistem penyiaran berbasis komputasi awan, siaran televisi dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki perangkat senilai 10 ribu yuan (sekitar 20 juta rupiah) dan lima orang pekerja saja,” kata Ryan.
Dalam skenario tersebut, jaringan 5G memungkinkan konten video dikirim ke stasiun televisi 5G dengan cepat, sehingga siaran langsung dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Sebagai tambahan, pengalaman premium dan interaksi lebih luas dengan lokasi yang berbeda juga dapat dilakukan lewat skenario semacam itu.
Selain itu, pemanfaatan transimisi dengan bandwith tinggi juga dapat dilakukan untuk urusan kepolisian. Misalnya perangkat drone berbasis 5G dapat dikerahkan tanpa batasan jangkauan yang sedianya sulit digapai oleh petugas keamanan di darat. Video beresolusi 4K dapat ditransimisikan ke pusat komando guna memastikan seluruh detail kejadian suatu perkara dapat sepenuhnya tertangkap.
Huawei sendiri mengumumkan telah mengantongi 50 kontrak komersial 5G dengan berbagai operator di seluruh dunia dan sudah mengirimkan lebih dari 150 ribu perangkat base transceivers station (BTS) 5G.