ArenaLTE.com - ArenaLTE.com - Ada saatnya di atas, tentu ada saatnya juga di bawah. Tak hanya dialami oleh vendor raksasa seperti Nokia dan Samsung, vendor smartphone Xiaomi yang berbasis di Beijing, China juga mengalami nasih serupa. Setelah brand awareness dan penjualannya meroket dalam dua tahun belakangan, mimpi buruk pun menghampiri pada kuartal ketiga tahun 2015.
Dikutip dari Cellular-news.com (30/10/2015), Canalays, lembaga periset pasar menyebutkan pada kuartal ketiga 2015, Huawei menggeser posisi Xiaomi sebagai vendor smartphone nomer satu di Cina.
Dan uniknya, bagi Huawei yang telah lama malang melintang berbisnis ponsel, ini menjadi kali pertama mereka mampu menjadi pemain nomer satu di Negaranya sendiri. Dilihat dari sisi pengiriman produk, Huawei mengalami kenaikan pertumbuhan 81 persen dari tahun ke tahun. Menjadikan kinerja pada kuartal sebelumnya terlihat lebih baik.
Sebaliknya, pengiriman (shipping) smartphone Xiaomi mulai melesu dari tahun ke tahun. Xiaomi yang sempat melesat sebagai perusahaan bintang di Cina sedang berjuang untuk mempertahankan pertumbuhannya yang tahun lalu cukup tinggi. Xiaomi telah menjual total 53,2 juta handset dalam sembilan bulan pertama - jauh dari target global sebesar 80 juta untuk tahun 2015. Perusahaan ini tidak mungkin untuk memenuhi target kecuali mereka mampu menjual 26.800.000 handset dalam tiga bulan terakhir tahun ini.
"Usaha keras Huawei hingga menguasai tahta smartphone di Cina adalah prestasi yang luar biasa, terutama dalam konteks pasar Cina yang kini sedang mengalami tekanan pada penjualan,” ujar Jessie Ding, Analis Riset Shanghai Canalys.
Di sisi lain, Xiaomi, dengan target pasar ke seluruh dunia dengan 80 juta pengiriman smartphone untuk tahun 2015, berada di bawah tekanan besar untuk terus berkembang sebagai pemain internasional seperti yang nyatanya melambat di pasar rumah utamanya.
Kilas balik tentang meroketnya Xiaomi, vendor ini sangat mengandalkan sistem penjualan secara online untuk menopang kesuksesannya. Kebijakan ini ditempuh lantaran pemasaran via online tidak memerlukan campur tangan pihak ke-3 yang berpotensi membuat harga sebuah produk meningkat, dan akhirnya tidak memungkinkan Xiaomi untuk menjual produk mereka semurah mungkin kepada pelanggan.
Baca: Xiaomi Targetkan Penjualan 10 Juta Unit Redmi Note 2 Sampai Akhir Tahun
Namun seperti pepatah lama dalam bahasa Inggris yang berbunyi 'all good things must come to an end,' kemampuan Xiaomi untuk menjual produk via online tampaknya telah mencapai puncaknya di tahun 2014 lalu, dan kini Xiaomi harus siap untuk meningkatkan intensitas penjualan secara konvensional alias offline. Hal tersebut disampaikan oleh para analis pasar di India yang berpendapat bahwa strategi pemasaran online Xiaomi telah mencapai titik jenuh, dan hal tersebut tampak nyata jika mengacu pada menurunnya angka impor dari China ke India selama beberapa bulan terakhir.
Data impor dari Cybex Exim Solutions menunjukkan bahwa jumlah impor Xiaomi telah menurun secara bertahap selama beberapa bulan terakhir; dari 334 ribu unit perangkat per Desember 2014 dan turun menjadi 140 ribu unit pada akhir Maret 2015 lalu. Secara total, Xiaomi telah menjual 1,86 juta unit smartphone di India sampai saat ini.