ArenaLTE.com - ArenaLTE.com - OpenSignal, perusahaan analis data telekomunikasi mobile, pertengahan tahun ini telah merilis laporan dengan dengan topik fragmentasi smartphone Android. Beragam tipe dan merek Android tentu membawa keuntungan secara finansial berupa royalti software untuk Google. Namun banyak diferensiasi produk juga memunculkan masalah seperti yang terjadi pada ekosistem OS (operating system).

Dalam penelitiannya, OpenSignal menemukan fragmentasi smartphone Android yang cukup masif. Saat ini ada 24 ribu tipe ponsel Android dari seribu merek ponsel yang ada di pasaran. Sementara itu sebuah penelitian yang diterbitkan tiga peneliti dari Cambridge Computer Laboratory mengemukakan bahwa 87,7 persen perangkat Android memiliki masalah utama pada kerentanan pada sistem keamanan. Pendekatan yang longgar dan kebijakan marketing operator/vendor kerap memicu masalah keamanan pada OS, seperti munculnya patch.

Sebagai langkah lanjutan terhadap fragmentasi smartphone Android, Google nantinya akan merancang update keamanan untuk sistem operasinya, yang umumnya menerbitkan pada jadwal bulanan. Namun sebagian besar perangkat Android yang dibangun oleh produsen lain, seperti Samsung dan Xiaomi dan ratusan pembuat smartphone lainnya kerap tidak mengacu pada jadwal Patch dari Google. Mereka harus menguji dan mengoptimalkan pembaruan keamanan untuk versi Android mereka sendiri, dan dalam banyak kasus operator akan melalui proses yang sama untuk perangkat mereka secara khusus guna mengotorisasi jaringan mereka.
BacaKabar Gembira, Pengguna Android One Sudah Bisa Update Marshmallow!

[caption id="attachment_7685" align="aligncenter" width="800"]Fragmentasi Smartphone Android  yang memicu lubang keamanan (Foto: Graphic by Cambridge University AndroidVulnerabilities.org) Fragmentasi Smartphone Android yang memicu lubang keamanan (Foto: Graphic by Cambridge University AndroidVulnerabilities.org)[/caption]

Dalam studi mereka, para peneliti Cambridge mengembangkan sebuah aplikasi yang disebut Device Analyzer yang telah ditawarkan ke Play Store sejak tahun 2011. Aplikasi ini memiliki banyak kesamaan dengan aplikasi pengukuran crowdsourced OpenSignal sendiri. Mengumpulkan data anonim tentang bagaimana dan di mana konsumen menggunakan ponsel.

Para peneliti mengumpulkan data dari fragmentasi smartphone Android dan mengidentifikasi lebih dari 20.000 perangkat dan membandingkan mereka terhadap 11 kerentanan kritis yang dikenal. Dan hasilnya mereka menemukan bahwa 88,7 persen perangkat setidaknya terkena satu ancaman keamanan yang serius.

Kelompok peneliti telah mendirikan sebuah situs yang disebut AndroidVulnerabilities.org, disitu dapat dipantau pembuat perangkat pada ponsel dan tingkat keamanan pada perangkat. Tak satu pun dari manufatur melakukannya dengan baik, bahkan juga Google. Meskipun Patch bulanan dari Google setiap saat dirilis, tapi tampaknya ada banyak perangkat Nexus yang berjalan dengan kerentanan pada sistem keamanan.