ArenaLTE.com - Beberapa saat lalu parlemen Inggris mengalami kejadian kurang mengenakkan dengan terjadinya peretasan email mereka. Serangan peretas dimulai pada hari Jumat dan membuat sebagian anggota parlemen beserta stafnya tidak dapat mengakses email resmi mereka. Peretas menyasar email dengan password lemah.
Peristiwa peretasan email ini langsung ditangani oleh National Crime Agency yang menggandeng National Cyber Security Center (NCSC) yang punya kemampuan menghadapi peretas. Email anggota parlemen Inggrs banyak digunakan untuk berhubungan dengan konstituen mereka di daerah dan menjaring masukan.
Dalam keterangannya Minggu (25/6), pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa serangan pada instansi pemerintah memang akan terus meningkat dan pemerintah Indonesia juga perlu waspada. Namun menurutnya para peretas bisa saja diam tidak melakukan ancaman atau blackmail seperti yang dilakukan pada beberapa anggota parlemen Inggris yang menjadi korban. Mereka bisa diam dan exploit yang dipasang pada sistem bisa memantau apa saja informasi yang keluar masuk, bahkan bisa mengambilnya.
“Kejadian di Inggris ini jelas bisa menimpa siapa saja. Di Indonesia belum tentu aman. Karena bisa saja para peretas ini memilih diam dan mencuri data ketimbang melakukan ancaman atau pemerasan,” jelas chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini.
Pratama menambahkan, kejadian di Inggris para peretas mengincar email dengan password lemah. Artinya memang ada kelalaian dari para pemakai email tersebut juga. Karena itulah, menurut Pratama sangat penting nantinya di tanah air lembaga siber seperti BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) melakukan edukasi ke seluruh lapisan di instansi pemerintah swasta dan masyarakat.
“Menurut riset CISSReC yang berlangsung di sembilan kota besar tanah air pada 1-9 Juni 2017, khusus terkait password ini memang ada pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Sebesar 58% tidak pernah mengganti password, jelas ini berbahaya,” terang mantan pejabat Lembaga Sandi Negara ini.
Ditambahkan Pratama, hasil riset CISSReC juga menyebutkan bahwa sebanyak 53% responden mempunyai password yang sama untuk semua aplikasi dan media sosial. Ini tentu mengingatkan kita pada peretasan yang menimpa akun media sosial pemilik Facebook, Mark Zuckerberg. Diketahui Zuckerberg empunyai password media sosial yang sama dan sederhana, sehingga sangat mudah diretas oleh orang asing dan sempat menghebohkan pemberitaan internasional.
“Jadi nantinya BSSN ini tidak hanya membuat sebuah sistem yang aman, namun ada yang jauh lebih penting, mengedukasi masyarakat. Jangan sampai peristiwa peretasan email parlemen di Inggris terjadi,” terangnya.