ArenaLTE.com - Menurut penelitian terbaru yang dilakukan Cisco dan A.T. Kearney, perusahaan konsultan manajemen global terungkap bahwa perusahaan ternama di ASEAN menghadapi peningkatan risiko serangan siber, yang dapat menyebabkan berkurangnya kapitalisasi pasar atau market capitalization dengan resiko kerugian hingga USD 750 miliar.

Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari USD 2,7 triliun, kawasan ASEAN merupakan pasar terbesar ketujuh di dunia dengan kekuatan ekonomi yang semakin diperhitungkan.  Walaupun ASEAN ketinggalan dibanding kawasan lainnya di dunia, kawasan ini memiliki potensi untuk menjadi bagian dari lima besar perekonomian digital pada tahun 2025.

Peningkatan aktivitas perdagangan, arus kapital, dan keterhubungan siber di seluruh kawasan ASEAN ini tentu saja memperlihatkan lanskap ancaman siber yang akan semakin kompleks di masa depan, dan semakin memperparah tantangan keamanan siber yang dihadapi kawasan ASEAN.

Ditambah lagi evolusi teknologi yang bergerak cepat akan semakin menyulitkan pengawasan dan respon terhadap ancaman, khususnya akibat peningkatan penggunaan enkripsi, operasi multi-cloud, pengayaan Internet of Things (IoT) dan konvergensi Teknologi Operasi (TO) dan Teknologi Informasi (TI).
 
Negara-negara ASEAN mengeluarkan dana yang sedikit untuk keamanan siber. ASEAN saat ini menghabiskan rata-rata 0,07 persen dari PDB kolektif untuk keamanan siber setiap tahunnya. Kawasan ini perlu meningkatkan pengeluaran mereka antara 0,35 dan 0,61 persen dari PDB antara tahun 2017 dan 2025, agar sesuai dengan tolok ukur negara-negara terbaik di kelasnya.
 
Penelitian ini memperkirakan bahwa ini berarti seluruh Negara ASEAN harus menganggarkan pengeluaran kolektif sebesar USD 171 miliar selama periode tersebut. Untuk Indonesia, total jumlah pengeluaran selama periode tersebut mencapai USD 62 miliar. Bahkan, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Malaysia diharapkan akan mengalami peningkatan pengeluaran yang sangat tinggi seiring usaha mereka mengatasi masalah infrastruktur.

(kiri ke kanan) Hari Venkataramani, Principal, Communication, Media and Technology practice, A.T. Kearney, Germaine Hoe, Manager, Communications, Media and Technology practice, A.T. Kearney, Naveen Menon, Presiden, ASEAN, Cisco, Stephen Dane, Managing Director, Global Security Sales Organization (GSSO), Asia Pacific and Japan
 
Malaysia, Indonesia, dan Vietnam secara global merupakan sarang kegiatan Web mencurigakan yang telah diblokir – hingga 3,5 kali lebih besar dibanding rasio standar, yang menunjukkan bahwa negara-negara ini telah dimanfaatkan sebagai sumber serangan malware.
Seperti misalnya, di Vietnam sebanyak 1,68 juta Internet Protocol (IP) telah diblokir dari Desember 2015 sampai dengan November 2016, dan negara tersebut berada di posisi kelima dalam peringkat teratas negara-negara sumber serangan terhadap perangkat IoT di tahun 2016.
 
Menurut Indonesian Security Incident Response Team on the internet Infrastructure/ Coordinator Center (Id-SIRTII/CC) terjadi 205.502.159 serangan siber dari januari hingga November 2017. Diantara semua serangan terbesar, serangan malware WannaCry pada bulan Mei 2017 berhasil mempengaruhi 12 institusi di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta dan Sulawesi, di berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik.

Tata kelola dan kebijakan keamanan siber juga belum berkembang di wilayah ini. Strategi keamanan siber di tingkat nasional telah disusun oleh berbagai negara termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Beberapa negara juga telah membentuk badan nasional untuk mengkonsolidasikan dan mengkoordinasikan agenda keamanan siber.

Contohnya Singapura (Cyber Security Agency of Singapore), Malaysia (CyberSecurity Malaysia), dan Filipina (Department of Information and Communications Technology). Indonesia telah mendirikan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Thailand telah mengusulkan sebuah komite keamanan siber nasional.

Naveen-Menon,-President,-ASEAN,-Cisco
 
Naveen Menon, Presiden ASEAN di Cisco mengatakan " Inovasi dan adopsi digital merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi bagi ASEAN. Keberhasilannya bergantung pada kemampuan kawasan ini untuk memerangi ancaman siber.”
 
Naveen menambahkan, di Indonesia, kita telah melihat transformasi digital terjadi di berbagai sektor seperti layanan kesehatan, keuangan, dan ritel. Sektor-sektor tersebut juga termasuk sektor yang paling beresiko terkena serangan siber.
 
“Sangat penting untuk para pemangku kepentingan bersatu dan membantu membangun kemampuan keamanan siber untuk memacu inovasi digital yang merupakan pilar utama dalam mencapai kesuksesan ekonomi digital”, pungkasnya.