ArenaLTE.com - Xendit Group, perusahaan payment gateway dan teknologi keuangan terdepan di Indonesia, hari ini membagikan tren pembayaran digital selama tahun 2022, serta pembaruan bisnis dan proyeksi bisnisnya di tahun 2023.

Sepanjang tahun 2022, Xendit Group telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi mencapai lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun), naik 30% dibandingkan tahun lalu. Saat ini, jumlah merchants aktif yang dilayani Xendit Group mencapai 3.500 pelaku usaha, yang terdiri dari 70% merchant UKM dan 30% perusahaan.
 
Melalui pendanaan baru yang diperoleh pada tahun 2022, Xendit Group berupaya untuk menyusun strategi pengembangan bisnisnya dan merencanakan ekspansi, baik secara lini bisnis maupun jangkauan negara.

Xendit Group juga telah bekerjasama meluncurkan saluran pembayaran baru untuk melayani merchant dengan lebih baik, misalnya dengan CIMB Niaga, AstraPay, Jenius Pay, dan Atome (layanan kredit tanpa kartu).
 
Di awal tahun 2023, Xendit Group mengumumkan kehadirannya di Malaysia – sejalan dengan misi perusahaan untuk menjadi perusahaan infrastruktur pembayaran terdepan di Asia Tenggara. Pada bulan November 2022 lalu, Xendit Group juga telah meluncurkan Aplikasi Nex yang dikembangkan oleh PT Nex Teknologi Digital (NTD) yang bekerja sama dengan PT BPR Xen.

Dengan meluncurkan Aplikasi Nex, Xendit Group memperkuat komitmennya untuk terus berinovasi dan membangun infrastruktur keuangan digital di Indonesia serta mendukung roadmap pemerintah untuk pengembangan industri.
 
Komitmen Xendit Group dalam mendukung pemerintah memajukan perekonomian digital di Indonesia juga turut dilakukan secara konsisten melalui partisipasi Xendit Group pada berbagi program multi-stakeholders, seperti penyelenggaraan Indonesia Fintech Summit (IFS) 2022 dan Bulan Fintech Nasional (BFN) pada November lalu.

Selain itu, Xendit Group juga bermitra dengan SMESCO, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Brightspot untuk mengadakan acara Xendit Pasar Nusa Dua ke-2 di ITDC Nusa Dua Bali. Sebagai langkah komitmen lebih jauh, Xendit Group juga berkolaborasi dengan BPJAmsostek, menyediakan sistem payment gateway yang memudahkan pelanggan BPJAmsostek untuk melakukan pembayaran berulang (recurring payment).
 
Untuk terus memperkuat strategi bisnis, Xendit Group juga merilis rangkuman data yang berjudul “Tren Pembayaran Digital Indonesia 2022”. Rangkuman data ini menggambarkan frekuensi penggunaan layanan Xendit Group oleh merchant, dan berikut adalah beberapa temuan menariknya:
  1. Virtual Account jadi metode pembayaran paling populer. Dari 200 juta transaksi yang diproses oleh Xendit Group, mayoritas (36%) diantaranya adalah dengan transfer Virtual Account. Selain Virtual Account, penggunaan e-Wallet dan kartu kredit menempati peringkat kedua dan ketiga sebagai metode pembayaran terpopuler di antara merchant Xendit Group.
     
  2. Pay Later catatkan pertumbuhan 10x lipat. Penggunaan fasilitas pembayaran Pay Later semakin diminati konsumen, terbukti dari volume pembayaran yang meningkat hingga 10x lipat, diikuti dengan kartu kredit (6x lipat) dan e-Wallet (5x lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.
     
  3. Sektor wisata dan hiburan bangkit signifikan pasca-pandemi. Xendit Group mencatatkan bahwa sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi di tahun 2022 adalah Pariwisata (181,4%); Hiburan – seperti gaming, tiket pertunjukan, tempat wisata (132,5%); dan restoran (68,4%). Sektor-sektor ini mengalami lonjakan transaksi di bulan November-Desember 2022, yang menunjukkan bahwa konsumen kembali membelanjakan uang untuk keperluan hiburan dan rekreasi pasca berakhirnya pandemi.
     
  4. Transaksi tertinggi berada di sektor bisnis jasa. Dari sekian banyak merchant Xendit Group, data menunjukkan bahwa sektor yang mencatatkan frekuensi transaksi paling banyak adalah: jasa (96 juta transaksi), layanan finansial (61,3 juta), dan produk digital (56 juta) seperti voucher gameeBook, dsb.
     
  5. Penggunaan QRIS terus meningkat. Selama tahun 2022, Xendit Group memfasilitasi lebih dari 20 juta transaksi, dengan volume sejumlah $150 juta (sekitar Rp2 triliun). Total volume transaksi ini meningkat 17,25% dari tahun sebelumnya.
 
“Kami melihat bahwa selama beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan volume pada pembayaran digital. Maka itu, kami berharap kedepannya akan semakin banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang pertumbuhan digital agar sektor perekonomian bisa bangkit kembali. Xendit Group akan terus berinovasi dan berupaya mendukung  pemerintah untuk mewujudkan literasi keuangan digital masyarakat, melalui berbagai kegiatan guna mendukung transformasi digital yang mulus dan lancar bagi merchant dan pelanggan kami,” ungkap Tessa Wijaya, Co Founder dan COO Xendit Group.
 
Fokus Kembangkan Lini Bisnis di Tahun 2023
 
Sebagai startup unicorn di bidang payment gateway pertama di Indonesia, Xendit Group telah membantu memudahkan pelaku startup dan UMKM untuk dapat memproses pembayaran digital dan meningkatkan skala bisnis mereka. Memiliki lebih dari 3.500 merchant aktif, Xendit Group  berhasil unggul karena pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan lokal, serta infrastruktur teknologinya yang berstandar tinggi.

Kombinasi kedua hal ini memungkinkan Xendit Group untuk menghadirkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan, serta membantu pertumbuhan dari pelaku bisnis di berbagai bidang dan skala bisnis, mulai dari UMKM, startup, hingga perusahaan besar seperti Traveloka dan Lazada.
 
Di tahun 2023 ini, Xendit Group akan berupaya untuk terus aktif berpartisipasi dalam program pemerintah, asosiasi, UMKM, mitra dan acara nasional lainnya di indonesia. Selain itu, guna mewujudkan literasi keuangan digital masyarakat, Xendit Group juga akan secara aktif andil dalam memberikan edukasi, baik itu dilakukan secara online maupun offline yang berfokus kepada keamanan transaksi dan juga digitalisasi UMKM. Hal ini akan berperan besar pada pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, karena itu Xendit Group berkomitmen untuk terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan pelaku industri digital yang senantiasa berkembang.