ArenaLTE.com - Setelah secara efektif memblok operasional bisnis Huawei di Amerika, dengan alasan isu keamanan nasional, AS berusaha melakukan hal yang sama di Australia. Melalui Badan Keamanan Nasional (NSA), AS meminta sekutunya itu untuk mempertimbangkan lagi dengan sangat serius tentang kesertaan Huawei dalam penyelenggaraan jaringan 5G di Negara Kanguru tersebut.
Seperti dilansir Australia Financial Review (AFR), Kepala NSA & Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, menemui Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, awal bulan lalu, untuk membicarakan hal tersebut. Kepada Turnbull, pejabat tinggi AS itu memperingatkan adanya resiko besar pada keamanan nasional (Australia) bila melibatkan Huawei dalam proyek 5G tersebut.
Pihak AS menyebut, Huawei yang notabene perusahaan asal Cina itu, sangat mungkin ditunggangi kepentingan pemerintah Cina dalam kegiatan spionase siber. Mengingat, keterkaitan erat perusahaan teknologi itu dengan pemerintah (Cina). Kegiatan spionase siber itu, ungkap pimpinan NSA tersebut, menjadi salah satu resiko besar bagi agenda keamanan siber bersama. AS dan Australia memang terlibat dalam kerjasama keamanan siber.
Amerika khawatir, apabila Huawei jadi dilibatkan dalam penyelenggaraan jaringan 5G di Australia, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur dan teknologinya, bisa dipastikan akan memegang kontrol sepenuhnya pada jaringan 5G tersebut, dan bisa menggunakannya untuk kegiatan mata-mata atau tujuan jahat lainnya. Pimpinan lembaga keamanan AS itu mengatakan, harus dicermati pula keberadaan sebuah komite bentukan pemerintah Cina, yang melibatkan Huawei, yang sejauh ini belum jelas tujuannya.
Kekhawatiran AS itu terkait dengan peran besar Huawei dalam pembangunan telekomunikasi di Australia. Untuk penyelenggaraan 5G, Huawei digandeng Optus, salah satu operator Australia, yang baru-baru ini mengumumkan akan meluncurkan layanan 5G pertama di Australia pada awal tahun depan nanti. Huawei akan mendukung teknologi dan infrastrukturnya. Huawei juga dikabarkan telah menjalin aliansi dengan Vodafone Australia, serta turut serta dalam kelompok kerja yang dibentuk Departemen Komunikasi Australia.
Menanggapi isu itu, Huawei menyebut tindakan AS tersebut adalah upaya menghalangi eksistensi bisnis Huawei di seluruh dunia. “Huawei telah dipercaya oleh pemerintah dan pengguna di 170 negara di dunia. Sejauh ini, tak ditemui masalah seperti yang dikatakan itu. Apa yang kami lakukan, sama saja dengan
yang dilakukan para vendor ICT lainnya,” kata Jeremy Mitchell, Direktur Corporate Affair Huawei Australia, kepada media di tengah acara Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol.
Mitchell juga menegaskan, Huawei tak akan pernah gentar dengan langkah-langkah yang dilakukan AS terhadap perusahaan. “Huawei akan tetap terus mengembangkan bisnis globalnya, menyediakan teknologi yang dapat membantu pengguna, dengan inovasi dan nilai yang kami miliki,” kata Mitchell lagi, sembari menambahkan, Huawei memiliki teknologi 5G terbaik di dunia.
Pernyataan Mitchell itu didukung sejumlah operator seluler dari berbagai negara, yang mengaku, tak pernah menemukan bukti Huawei terlibat dalam kegiatan mata-mata. Termasuk Optus, yang mengatakan, benar-benar sangat memperhatikan setiap perangkat yang disediakan perusahaan rekanan. Termasuk menerapkan komitmen tinggi untuk memastikan setiap perangkat yang digunakan benar-benar aman. Optus juga berharap, pemerintah Australia tak campur tangan dalam rencana penggelaran jaringan 5G mereka.
Bagi Optus, Huawei masih menjadi pilihan terbaik untuk mendukung layanan 5G, mengingat mereka memiliki produk terbaik dengan harga paling murah pula. Di samping, masalah keamanan juga masih bisa ditangani. Toh, Inggris yang jadi panutan Australia pun, tak bermasalah dengan Huawei, bahkan tak mengurangi keterlibatan vendor asal Cina itu pada sektor telekomunikasinya.
Memang, Inggris yang sekutu berat Amerika ini, nampaknya punya sikap berbeda soal isu spionasinya Huawei ini. Mereka lebih memilih bekerjasama dengan Huawei untuk mengelola resiko keamanan siber ini. Bahkan, dalam kunjungannya ke Beijing awal Februari lalu, PM Inggris, Theresa May, sempat bertemu dengan top manajemen Huawei. Setelah pertemuan itu, Huawei mengumumkan akan mengucurkan investasi sebesar USD5.34 miliar di Inggris, selama 5 tahun ke depan.
Sejauh ini, belum diketahui sikap yang akan diambil Turnbull, sehubungan dengan himbauan AS untuk “menendang” Huawei dari Australia. Yang jelas, masalah ini menjadi persoalan yang bikin sakit kepala sang perdana menteri. Sebab, di satu sisi AS adalah sekutu dekat yang tak bisa diabaikan begitu saja, di sisi lain, butuh dukungan Huawei juga buat menggelar 5G di negaranya.