ArenaLTE.com - Kehadiran smartphone Android yang meningkat signifikan secara global memang menjadi pasar yang gurih bagi banyak industry. Bukan hanya incaran produsen, namun sistem operasi berbasis opensource ini rupanya juga banyak diincar pada penjahat siber. Hal ini terbukti dari banyaknya kehadiran aplikasi jahat yang menyelisip toko layanan aplikasi PlayStore yang dikembangkan Google.
Aplikasi Android jahat yang dibuat didesain untuk menghasilkan uang bagi penyerang atau pembuatnya, namun berdampak negatif pada ponsel Android pengguna. Beberapa aplikasi ini menjalankan iklan video di latar belakang yang memungkinkan pengembang mengumpulkan banyak uang. Sedangkan, aplikasi lain secara diam-diam mengirim teks melalui layanan perpesanan premium atau mendaftar pengguna ke layanan premium lain yang menguntungkan para peretas.
Dilansir dari phonearena yang mengutip laporan baru upstream, mencatat bahwa pada kuartal pertama, jumlah aplikasi Android jahat meningkat dua kali lipat dari lebih dari 14.500 aplikasi dan saat ini menjadi lebih dari 29.000 aplikasi. Transaksi yang digambarkan sebagai penipuan pun tercatat naik 55% selama periode waktu yang sama, dilihat dari blokiran yang mencapai 290 juta transaksi.
Sedangkan sebanyak 89% dari jumlah total transaksi yang disajikan dari Januari hingga Maret adalah aplikasi penipuan yang tercatat sumber informasi. Platform Secure-D yang terakhir melihat kenaikan 7% dalam jumlah perangkat Android "terinfeksi" selama kuartal pertama dari 10,5 juta menjadi 11,2 juta dari tahun-ke-tahun.
Hebatnya, sembilan dari 10 aplikasi Android berbahaya ini, teracat selama kuartal pertama tahun ini tersedia di Google Play Store di beberapa kategori selama periode tiga bulan. Tahun lalu, 30% dari 100 aplikasi berbahaya ditemukan di etalase aplikasi Google Google. Menariknya, para aktor jahat mengambil keuntungan dari pandemi global. Selama tiga bulan pertama tahun 2020, 60% dari aplikasi jahat dapat dianggap sebagai aplikasi "waktu senggang" yang menyediakan sesuatu bagi pengguna untuk dilakukan saat terjebak di rumah. Aplikasi ini masuk ke dalam kategori yang mencakup "pemutar video & editor," "berita & majalah," dan "game" dan "sosial."
Upstream menuliskan bahwa aplikasi yang paling merepotkan adalah pengunduh video Snaptube. Namun sayangnya, meski aplikasi pada bulan Oktober telah teridentifikasi namun nyatanya telah diinstal lebih dari 40 juta kali. Setelah diinstal pada ponsel Android, Snaptube mendaftar korban untuk layanan premium yang tidak mereka minta dan juga mengunduh dan mengklik iklan yang dihasilkan aplikasi. Tahun lalu 70 juta transaksi penipuan dihasilkan oleh Snaptube (setengah dari ini di Brasil) dengan 32 juta lainnya diblokir sejauh tahun ini. Situs web Snaptube sendiri mengklaim bahwa aplikasi tersebut memiliki lebih dari 300 juta pengguna meskipun telah dihapus dari Google Play Store. Ini tersedia dari etalase aplikasi AppGallery Huawei, toko GetApps Xiaomi, dan toko aplikasi lainnya.