5 Pilar Pendorong Indonesia yang Digital dan Terhubung

ArenaLTE.com - Seiring kemajuan Indonesia menuju digitalisasi, aspek penting untuk memungkinkan transformasi ini adalah menghubungkan konsumen dan bisnis di Indonesia kepada internet, sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Untuk membangun komunitas yang berkelanjutan dan progresif, pemerintah juga perlu melihat bagaimana masyarakat dan bisnis di Indonesia dapat memanfaatkan infrastruktur dan konektivitas. Menurut pendapat saya, terdapat lima pilar yang dapat mendukung terwujudnya Indonesia yang digital. Kelima pilar tersebut antara lain: pemanfaatan teknologi dan konektivitas, dukungan terhadap inovasi, tenaga kerja yang kolaboratif, edukasi, dan pemberdayaan serta komunitas yang terhubung.

Kelima pilar ini akan memungkinkan masyarakat dan bisnis di Indonesia untuk menyadari sebuah masa depan yang terdigitalisasi dan terhubung untuk Indonesia, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, pengembangan ekonomi, dan tenaga kerja yang pintar.

  1. Pemanfataan Teknologi dan Konektivitas


  2.  

Keinginan progresif untuk mengadopsi teknologi dan ide-ide baru adalah salah satu dari aspek utama yang akan membawa pembangunan dan pertumbuhan di Indonesia. Beberapa contoh bagaimana data dan teknologi saling mempengaruhi dalam membuka pasar baru untuk melayani kebutuhan konsumen lebih baik adalah pengumuman aplikasi “Jakarta Smart City” dari pemerintah, yang mengintegrasi Qlue, situs administrasi crowd-sourcing; Waze, platform komunikasi dan informasi lalu lintas; CROP, sebuah aplikasi yang digunakan oleh pejabat pemerintah untuk merespon pengaduan masyarakat.

Big data juga dapat dimanfaatkan untuk merencanakan integrasi lebih lanjut akan panduan transportasi dan program kesehatan pintar, di mana pengguna dapat diarahkan pada rumah sakit dengan ruangan yang masih tersedia, mempersingkat waktu perjalanan. Pembangunan infrastruktur yang aman dan dapat disesuaikan akan berfungsi sebagai bagian intergral dari skema rencana pembangunan nasional untuk mendigitalisasi Indonesia.

Ekosistem ini akan dapat menangkap, mengelola, menganalisa, dan berbagi data penting dengan efektif. Cisco memprediksikan bahwa akan terdapat 50 juta perangkat yang terhubung pada internet pada tahun 2020 nanti, dengan koneksi bertriliun-triliun dalam waktu 10 tahun ke depan, jaringan sensor nasional ini akan mempermudah organisasi-organisasi dalam memanfaatkan data yang lebih kaya di era Internet of Everything ini.

Wawasan yang didapatkan dari data ini akan menjadikan pemerintah lebih produktif dalam memutuskan kebijakan, menyediakan layanan yang lebih baik dan memberdayakan pengusaha dan pengembang untuk mengembangkan aplikasi dan layanan baru. Platform ini akan mendukung industri dan teknologi inovatif yang tidak ada sebelumnya untuk terpacu menjadi bisnis baru di esok hari, menjadikan Indonesia lebih kompetitif di masa yang akan datang.

  1. Dukungan untuk Solusi Inovatif


  2.  

Pembangunan infrastruktur negara ini tidak hanya menguntungkan perusaan besar dan perusahaan swasta; komunitas start-up juga mendapatkan keuntungan dari rencana digitalisasi Indonesia. Start-up lokal Indonesia yang bernama Go-Jek melihat kesempatan di tengah kemacetan Jakarta dengan diluncurkannya aplikasi pemanggil layanan ojek. Aplikasi Go-Jek telah menginspirasi banyak pihak untuk memulai bisnis mereka sendiri yang menggunakan mobilitas dan internet untuk menyelesaikan masalah saat ini.

Mendukung inovasi lokal adalah bagian integral dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dengan visi memperkuat inovasi nasional pada area proses produksi dan pemasaran menuju ekonomi yang didorong oleh inovasi.

Internet of Things Innovation Grand Challenge Cisco baru-baru ini adalah sebuah contoh bagaimana sejumlah start-up dapat memaksimalkan kemampuan dan pengetahuan perusahaan multinasional untuk menciptakan solusi baru. Untuk menekankan komitmennya ini, Cisco telah mengumumkan investasi sebesar USD 10 juta untuk pendaanaan Monk's Hill Ventures untuk mendorong inovasi Internet of Things.

  1. Tenaga Kerja Kolaboratif


  2.  

Kami percaya bahwa tenaga kerja masa depan akan sangat kolaboratif, dengan tim lintas fungsi yang memaksimalkan para ahli di seluruh dunia. Dengan pertumbuhan penetrasi internet yang cepat, tenaga kerja Indonesia akan dapat memaksimalkan teknologi yang sedang berkembang, berkolaborasi, dan memenuhi tantangan global.

Pengaturan kerja yang fleksibel juga dapat mendorong tenaga kerja Indonesia dengan memungkinkan semua orang untuk mencapai kesimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang lebih baik. Terlebih lagi, meskipun tidak kalah pentingnya, pengaturan kerja yang fleksibel dana menghilangkan perjalanan kerja yang membuat stress dan meningkatkan produktivitas, khususnya dengan situasi kemacetan di Jakarta saat ini.

  1. Edukasi dan Pemberdayaan


  2.  

Pekerjaan di masa depan akan membutuhkan ketrampilan baru, dan edukasi akan menjadi kunci dalam membuka pintu menuju kesempatan yang lebih besar. Cisco telah fokus dalam usahanya pada pelatihan, edukasi, dan penemuan, memberikan inistatif untuk menciptakan tenaga kerja yang mengenal teknologi dan siap menghadapi masa depan. Dengan evolusi teknologi yang cepat, tenaga kerja di Indonesia perlu menyesuaikan diri dengan teknologi, untuk mengoptimalkan potensi sepenuhnya dari apa yang bisa teknologi hadirkan pada negara.

Salah satu contohnya adalah jaringan. Menurut penelitian IDC The Evolution of the Networking Skills Gap di Asia/Pacific pada tahun 2016, akan terdapat kesenjangan ketrampilan sebanyak lebih dari 400,000 ahli jaringan di seluruh wilayah, yang mewakili satu bagian dari 2 juta pekerjaan ICT yang belum terisi dalam waktu 10 tahun secara global.

Tanpa investasi pada ketrampilan, kemajuan teknologi tidak akan menjadi pertumbuhan produktivitas, dan Indonesia tidak akan dapat berkompetisi di dalam ekonomi global berbasis pengetahuan yang semakin meningkat.

Di Indonesia, kami menggelar program Cisco Networking Academy sebagai bagian integral dari inovasi sosial dan strategi CSR. Program ini telah melatih hampir 135,500 siswa sejak program tersebut dimulai pada tahun 1998. Universitas Bina Nusantara adalah institusi pertama yang menawarkan program ini. Sekarang, terdapat 171 akademisi dengan 386 instruktur dan lebih dari 29.700 siswa yang terdaftar (dimana 28 persen di antaranya adalah perempuan).

  1. Komunitas yang Terhubung


  2.  

Teknologi juga dapat berperan penting dalam meningkatkan kehidupan komunitas di Indonesia. Dengan populasi lebih dari 250 juta orang, penelitian terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan bahwa terdapat 88,1 juta pengguna internet di Indonesia, dengan laju penetrasi mencapai 34 persen. Artinya masih ada lebih dari 60 persen populasi Indonesia yang masih belum terhubung dan terdigitalisasi.

Sementara itu Rencana Pitalebar Indonesia yang diumumkan oleh pemerintah Indonesia menargetkan dalam lima tahun ke depan (2019) untuk dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke 71 persen rumah tangga (20 Mbps) dan 30 persen populasi, serta akses bergerak ke seluruh populasi (1 Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap diharapkan dapat menjangkau 49 persen rumah tangga (10 Mbps) dan 6 persen populasi, serta akses bergerak ke 52 persen populasi (1 Mbps).

Bukti yang berkembang mengatakan bahwa pitalebar dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), pekerjaan dan pendapatan, meningkatkan kehidupan orang banyak. Sebuah penelitian bertajuk ‘The State of Broadband 2013: Universalizing Broadband’ oleh Broadband Comission pada bulan September 2013 melaporkan bahwa pitalebar akses bergerak di Indonesia dapat meningkatkan PDB hingga 2,9persen atau senilai 22,6 juta US$.

Leave a Comment