Smart City Butuh Kematangan Pemerintah Setempat & Penghuninya

ArenaLTE.com - Konsep smart city atau kota pintar kian didengung-dengungkan oleh kalangan pemerintah maupun industri. Lepas dari bermacam persoalan dan studi soal Internet of Things (IoT) yang masih berkepanjangan dan kompleks, operator Tanah Air sudah mengendus potensinya.

XL Axiata (XL) terlihat terus melakukan pergerakan dalam menggelar layanan berbasis IoT di Tanah Air yang salah satunya membidik kota pintar. Menurut Arifa Febriyanti, Head of Internet of Things Digital Services XL, pihaknya fokus terjun ke dalam bisnis ini sejak tahun ini.

Salah satu strategi XL dalam IoT adalah dengan fokus mengembangkan ekosistem lewat beberapa produk andalan yakni Yubox, Savvy Smarthome, Smartcity dan Agnosthing. Layanan IoT telah menggabungkan dunia fisik dengan dunia digital, yang selanjutnya menawarkan sejumlah peluang dan tantangan baru bagi kalangan bisnis, pemerintahan, dan juga konsumen perorangan.

Terkait kota pintar, XL sudah menjajaki dengan menyediakan platform yang mempermudah pemerintah daerah dan warganya untuk mengakses informasi seputar kebijakan pemerintah setempat mengenai berbagai sektor, kondisi kota, layanan publik, termasuk juga upaya menggalang partisipasi publik dalam proses pembangunan daerah.smart-city

“Kita mengetahui kebutuhan kota dan permasalahannya masing-masing berbeda. Ada berbagai solusi, mulai dari transportasi, security, sampah dan lain-lain,” ujar Arifa. Saat ini, proyek smart city XL memang masih belum kelihatan, tapi ia mengaku pihaknya tengah menggodoknya. “Strategi besarnya ada di tahun depan.”

Untuk mengembangkan kota pintar sendiri tidak semudah membalik telapak tangan. “Harus dapat input dari kotanya, dari setiap kota mana yang lebih banyak dibutuhkan. Solusi apa yang mereka lebih banyak cari,” tuturnya.

“XL sudah melewati masa development kemarin. Nah, tahun depan harus lebih jelas, peranan kita dalam sebuah kota akan masuk ke solusi apa. Tapi untuk saat ini kita masih belum bisa share karena masih menimbang. Input dari beberapa kota sebenarnya sudah banyak.”

Saat disinggung kota di Indonesia yang berpotensi jadi partner smart city XL, Arifa masih tutup mulut. “Jelasnya sih, kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan lain-lain sudah punya program sendiri. Biasanya kita lebih banyak berkomunikasi dengan teman-teman di daerah, yang IT-nya tidak se-advanced kota seperti Jakarta atau Bandung.”

Lebih jauh, ia mengaku jika XL saat ini masih dalam masa pengumpulan informasi. “Nanti tahun depan bisa di-declare bahwa ini (solusi-red) yang kita akan berikan. Seperti apa nanti aligment strategy-nya, seperti apa nantinya.”

Jumlah kota yang disasar untuk proyek smart city XL pun masih belum mau diungkap Arifa. “Saat ini kami lebih cenderung memberikan solusi matang ketimbang menghitung jumlah kota. Solusi yang bisa bener-bener di-apply kota. Karena ternyata saat meng-apply solusi semua harus diperhitungkan termasuk kematangan (kesiapan) pemerintah daerah dan kematangan (kesiapan) masyarakat atau penghuninya juga.”

XL, lanjut Arifa, mengundang beberapa pemerintah daerah (terutama Daerah Tingkat II). “Ada dalam list dan kebanyakan yang membutuhkan solusi kami daerah kota yang lebih kecil. Semacam kota penyangga atau kota kedua.”

Arifa menambahkan jika pihaknya mencari kota yang siap secara culture dan secara pemerintahan-nya untuk solusi yang bisa menyelesaikan masalah mereka. “Kita pernah pengalaman di suatu tempat, kita beri solusi tapi tidak dipakai. Kadang-kadang perubahan perilaku dari manual ke otomatis belum tentu juga pemerintah daerah dan masyarakatnya siap.”

Mengenai solusi yang paling siap sebagai tahap awal sebuah smart city, Arifa mengaku sebenarnya banyak pilihan, tergantung kebutuhan kota itu sendiri. “Contohnya, passenger information system. Sudah tersedia, hanya tinggal pilih kotanya. Kota yang paling pas. Tinggal cari kota yang menganggap itu jadi solusi dan mau memakainya,” pungkasnya.

Leave a Comment