Insinyur Indonesia Kembangkan Balon Router untuk Saingi Project Loon Google

ArenaLTE.com - ArenaLTE.com – Konsep balon udara yang digunakan Google dalam Project Loon di Indonesia, ternyata bukanlah satu-satunya teknologi pilihan Pemerintah. Menkominfo Rudiantara, mengungkapkan bahwa ada teknologi lokal yang diungkapkannya memiliki konsep yang sama. Tekologi tersebut dinamakan balon router yang digadang-gadang akan menjadi teknologi pesaing perusahaan internet Amerika tersebut.

Secara konsep, teknologi balon router yang dibuat oleh pengembang lokal memang memiliki kesamaan dengan project loon Google. Akses ke jaringan internet akan diberikan pengembang melalui jalur udara, sehingga tidak bergantung secara menyeluruh di darat.

"Ada insinyur di salah satu universitas Indonesia yang mengembangkan balon router. Konsepnya sama seperti Project Loon, cuma kalau ini bentuknya router," jelas Rudiantara, di sela acara disekusi Next Generation Broadband-5G Forum, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Alasan Kominfo Berikan Ijin Project Loon di Indonesia

Namun sayangnya, Pria yang akrab disapa Chief RA ini tidak menjelaskan lebih detail mengenai konsep teknologi anak negeri tersebut. Dirinya juga tidak menginformasikan siapa pihak pengembangan teknologi balon router lokal, tetapi pihaknya menjanjikan publik akan segera mengetahui.

"Pokoknya konsep bisnis hingga semuanya ada di email saya. Nanti juga ketahuan," jelasnnya. Dan kemungkinan nama dan konsep baru akan diinformasikan pada 2016 mendatang.

Sebagai informasi, Project Loon Indonesia yang dikembangkan oleh perusahaan internet asal Amerika, Google, diungkapkan akan mulai dilakukan uji coba perangkat di Tanah Air. Adalah tiga operator Tanah Air yang mengungkapkan telah menandatangani kerja sama proyek tersebut, untuk menyediakan cakupan jaringan pada lebih 17.000 pulau di Tanah Air.

Proyek yang diungkapkan akan mulai dilakukan ujicoba pada 2016 mendatang ini, diklaim akan mampu memberikan cakupan jaringan untuk akses internet kepada 250 juta penduduk di Indonesia. Pihak perusahaan mengklaim, didaerah terpencil memang sulit untuk mendirikan menara seluler atau menara base tranceiver station (BTS) karena alasannya adalah faktor geografis.

Seperti diketahui, Project Loon memiliki konsep teknologi serupa base tranceiver station (BTS) namun dibuat melayang di udara. Infrastruktur tersebut dibangun untuk melayang di lapisan stratosfer, dengan jarak ketinggian sekira 20 kilometer diatas permukaan laut untuk memberikan akses internet di daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan infrastruktur kabel.




 

Pantau perkembangan isu ini dengan topik: Project Loon

Leave a Comment